Sebab, ia menganggap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan figur bakal calon presiden (bacapres) yang berada di tengah dan sesuai dengan semangat Gelora memperjuangkan moderasi agar tak terjadi pembelahan dalam kontestasi elektoral mendatang.
“Kita mendorong terjadi moderasi dalam proses politik pilpres ini, ya kalau kanan dan kiri berantem dan makin mengeras kan harus dicari tokoh tengahnya sebagai jembatan keduanya kan,” ujar Mahfudz dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2023).
“Kira-kira begitu idenya, kenapa kemudian Pak Fahri (Wakil Ketua Umum Gelora Fahri Hamzah) misalnya, bicara tentang Pak Prabowo, termasuk secara pribadi kemudian mendorong Pak Prabowo mengambil posisi tengah, menjadi jembatan dua kubu yang makin mengeras,” papar dia.
Ia mengungkapkan, Prabowo dianggap sebagai sosok yang bisa berada di tengah karena pernah memiliki kedekatan dengan kelompok kanan. Di sisi lain, Prabowo dan Gerindra memiliki semangat nasionalis.
Mantan Danjen Kopassus itu, lanjut Mahfudz, juga pernah menjadi calon wakil presiden (cawapres) Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.
“Kita berharap ada jembatan yang bisa membantu masyarakat untuk akhirnya tidak terjebak dalam pembelahan dan benturan yang semakin kuat, karena pengalaman (Pilpres) 2019 kan enggak mudah buat kita. Idenya begitu,” ungkap dia.
Saat ini, Mahfudz tak menampik komunikasi Gelora dan Gerindra berjalan baik. Termasuk hubungannya dengan Prabowo maupun Presiden Joko Widodo.
“Kalau komunikasi politik itu kita enggak punya hambatan, kita enggak punya kendala untuk berkomunikasi dengan tokoh-tokoh partai politik (parpol) apakah Pak Jokowi, Pak Prabowo, termasuk yang ada di partai-partai lain,” imbuh dia.
Politisi Gerindra Andre Rosiade mengklaim, Juli ini, ada sejumlah parpol non parlemen maupun parlemen yang bakal mendeklarasikan diri mendukung Prabowo.
https://nasional.kompas.com/read/2023/07/07/16014451/umbar-puja-puji-untuk-prabowo-gelora-lempar-sinyal-gabung-koalisi