JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, pandemi virus corona masih ada di Indonesia dan banyak negara lainnya.
Malahan, kasus Covid-19 berpotensi naik akibat virus yang terus bermutasi. Terbaru, muncul subvarian Omicron XBB.1.16 atau Arcturus.
“Ini menjadi catatan kita semua sebagaimana peringatan WHO bahwasanya pandemi masih ada dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus karena sumber varian baru,” kata Syahril dalam keterangan tertulis dilansir dari laman resmi Kemenkes, Selasa (18/4/2023).
Covid-19 subvarian Omicron Arcturus pertama kali diumumkan Kemenkes pada Jumat (14/4/2023). Saat itu, Kemenkes mengungkap ada dua kasus subvarian tersebut.
Kasus pertama ditemukan 23 Maret 2023, pasien merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) dari India. Sementara, kasus kedua ditemukan 27 Maret 2023, yang mana pasien merupakan transmisi lokal.
Kemenkes memastikan, dua kasus tersebut kini sudah sembuh. Kedua pasien sakit sekitar 5-6 hari saja.
Selain dua kasus itu, pada Senin (17/4/2023), Kemenkes mengumumkan penambahan 5 kasus Arcturus yang seluruhnya merupakan pasien transmisi lokal. Dua pasien dari Surabaya dan tiga dari Jakarta.
“Kasus baru Arcturus menjadi tujuh orang,” ujar Syahril.
Syahril pun mengingatkan masyarakat tetap waspada. Dia bilang, gejala subvarian Arcturus hampir sama dengan gejala Covid-19 pada umumnya seperti batuk, flu, demam, dan nyeri tenggorokan.
Namun demikian, sejumlah negara melaporkan gejala khas berupa mata kemerahan atau konjungtivitas.
Masyarakat disarankan menggunakan masker di tempat terbuka, utamanya bagi yang merasa sakit seperti batuk dan flu, atau bagi mereka yang berdekatan dengan orang dengan gejala-gejala tersebut.
Syahril menambahkan, saat ini subvarian Arcturus masih dalam pemantauan, belum tergolong variant of concern atau varian yang diwaspadai.
Menurutnya, subvarian tersebut menyebabkan kenaikan kasus virus corona di berbagai negara. Dari 29 negara yang melaporkan subvarian Arcturus, beberapa yang mencatatkan kasus terbanyak antara lain India, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia.
“Ini (subvarian Arcturus) asal mulanya dari India itu sangat banyak,” katanya.
Di Indonesia, peningkatan kasus Covid-19 juga sudah mulai tampak. Namun demikian, angkanya masih berada di bawah standar Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Hingga saat ini, angka kematian belum melebihi batas yang disyaratkan oleh WHO yaitu 1/100.000 penduduk. Pasien Covid-19 yang dirawat juga masih terbilang rendah, belum melawati angka 5/100.000 penduduk.
“Jadi ini parameter-parameter walaupun terjadi kenaikan, tapi masih menunjukkan angka-angka di bawah standar WHO, itu masih stabil,” tutur Syahril.
Sebelumnya, selama beberapa bulan ke belakang, penambahan kasus virus corona “hanya” berkisar di angka 200-300 kasus per hari. Kini, kasus harian tembus angka 900.
Tak hanya itu, penambahan jumlah kasus aktif yang semula di bawah 100 kasus per hari pun kini menyentuh angka 600 kasus.
Menurut data Satgas Penanganan Covid-19 yang dirilis Selasa (18/4/2023), bertambah 1.343 kasus virus corona dalam sehari. Sehingga, total kasus Covid-19 sejak awal pandemi di Indonesia, 2 Maret 2020, hingga saat ini berjumlah 6.759.153 kasus.
Pada periode yang sama, bertambah 752 kasus aktif dalam sehari. Dengan pengurangan tersebut, total ada 9.776 kasus aktif Covid-19 di Tanah Air.
Masih menurut data Satgas Penanganan Covid-19, tercatat ada 11 orang meninggal dalam sehari. Sehingga, total angka kematian akibat infeksi virus corona mencapai 161.140 kasus.
Sementara, dalam sehari, angka kesembuhan bertambah 580 kasus. Dengan demikian, total kasus sembuh sebesar 6.588.597 kasus.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/18/20150021/kemenkes-ingatkan-covid-19-masih-ada-berpotensi-naik-karena-varian-baru