Hasilnya, PDI-P dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi partai politik dengan resistensi untuk dipilih paling tinggi.
Resistensi terhadap PDI-P mencapai 17,3 persen, berbanding tingkat elektabilitas yang masih lebih tinggi yaitu 22 persen.
Sementara itu, elektabilitas PSI hanya 0,2 persen, tetapi resistensi pemilih terhadap partai pimpinan Giring Ganesha itu mencapai 5,5 persen.
Di bawah PDI-P dan PSI, ada PKS dengan resistensi mencapai 4,5 persen dan elektabilitas 4,2 persen.
"Ini adalah sebuah peta yang mungkin menggambarkan kutub-kutub corak partai. Beberapa partai yang ideologis itu lumayan tinggi (resistensinya)," kata Direktur Riset dan Program Algoritma Research and Consuting, Fajar Nursahid, dalam jumpa pers, Senin (23/1/2023).
Fajar menilai hal ini tidak bisa dilepaskan dari cara PSI menempatkan diri sebagai oposisi dari gerbong politik Anies Baswedan yang dulu menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Di Ibukota, PSI berhasil meraup 8 dari 50 kursi di Kebon Sirih, dan selalu lantang dan kontra atas segala kebijakan Anies yang kini dideklarasikan Partai Nasdem sebagai bakal calon presiden.
"Loyalis Anies, misalnya, tidak akan memilih itu. Itu yang mungkin menjadi penjelas bagaimana resistensi terjadi dalam konteks partai politik," kata Fajar.
Survei Algoritma ini dilakukan pada 19 hingga 30 Desember 2022, dengan melibatkan 1.214 responden yang terbagi secara proporsional berdasarkan jumlah pemilih di seluruh provinsi di Indonesia, dengan margin of error kurang lebih 3 persen, dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Sebanyak 1.214 responden yang terlibat dalam survei ini diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh 66 enumerator.
https://nasional.kompas.com/read/2023/01/23/16230181/survei-algoritma-pdi-p-parpol-dengan-resistensi-publik-tertinggi-disusul-psi