Salin Artikel

Kuat Maruf Tak Sempat Terima Rp 500 Juta dari Ferdy Sambo, Hakim: Nyesel Enggak?

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa Kuat Ma’ruf sempat dijanjikan akan diberikan uang sebesar Rp 500 juta oleh mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Ferdy Sambo usai Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas.

Uang diberikan Ferdy Sambo sebagai penghargaan karena telah menjaga istrinya, Putri Candrawathi yang disebut telah dilecehkan oleh Yosua di Magelang, Jawa Tengah.

Hal itu terungkap dalam pemeriksaan Kuat Ma’ruf dalam pemeriksaannya sebagai terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

“Saudara sering dikasih uang sama Sambo sejumlah ratusan juta begitu?” tanya Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santoso dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023).

“Belum pernah Yang Mulia,” jawab Kuat Ma’ruf.

“Paling banyak saudara Ferdy Sambo atau Putri Candrawahi memberikan uang sejumlah berapa?” timpal Hakim Wahyu.

“Ya kalau lagi THR (tunjangan hari raya) lumayan Yang Mulia, Rp 10 juta,” papar Kuat Ma’ruf.

Adapun pemberian uang itu dijanjikan Ferdy Sambo saat Kuat Ma’ruf, Ricky Rizal atau Bripka RR dan Richard Eliezer atau Bharada E dipanggil ke ruang kerjanya di rumah pribadi di Saguling.

Selain Kuat Ma’ruf, Bripka Ricky Rizal juga dijanjikan akan diberikan uang sebesar Rp 500 juta. Sementara Richard Eliezer bakal diberikan uang sebesar Rp 1 miliar.

“Waktu saudara dikasih ini ada uang Rp 500 juta di dalam benak saudara apa?” tanya Hakim lagi.

“Waktu itu saya berpikiran ‘ini bapak saya lagi pusing gini lagi stres gini kok malah bercanda’ pikir saya waktu itu,” tutur Kuat Ma’ruf.

“Tapi uangnya ada?” timpal Hakim lagi.

“Saya enggak lihat, orang uangnya di dalam amplop dan bilangnya Rp 500 (juta), (tapi) kok amplopnya segitu,” jawab Kuat Ma’ruf.

Kuat mengaku tidak mengambil uang yang dijanjikan Ferdy Sambo itu. Ia juga tidak tahu kapan uang itu akan diberikan.

“Yang jelas itu penghargaan kepada saudara Rp 500 juta, untuk Richard Rp 1 miliar, untuk Ricky Rp 500 juta? tanya Hakim menegaskan.

“Betul,” kata Kuat.

Lantas Hakim berandai-andai jika uang yang dijanjikan Ferdy Sambo tersebut benar-benar terealisasi. Hakim bertanya, untuk apa uang ratusan juta tersebut akan digunakan oleh Kuat Ma’ruf.

“Ini saya jujur tanya pada saat saudara, ditawarkan uang Rp 500 juta, apa sih sebenarnya yang ada di dalam benak saudara? Kan saudara belum pernah pegang uang sebanyak itu,” tanya Hakim Wahyu.

“Saya saja bingung sendiri Yang Mulia,” kata Kuat.

Jawaban Kuat ini sempat bikin tertawa Hakim Wahyu dan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

“Enggak, misalnya mau bangun rumah, bikin ternak? Beli ternak atau apa?” tanya Hakim lagi.

“Enggak mikir apa-apa, orang saya juga belum pernah pegang uang segitu,” kata Kuat.

“Dan sekarang juga uang itu enggak ada?” timpal Hakim Wahyu.

“Enggak ada,” jawab Kuat.

“Nyesel enggak uangnya enggak diambil duluan?” tanya Hakim.

“Enggak biasa aja,” jawab Kuat Ma’ruf diiringi ketawa hadirin.

Diketahui, Kuat Ma’ruf didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J bersama Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Richard Eliezer atau Bharada E dan Ricky Rizal atau Bripka RR.

Dalam dakwaan disebutkan, Bharada E menembak Yosua atas perintah Ferdy Sambo yang kala itu masih menjabat sebagai mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri.

Peristiwa pembunuhan disebut terjadi lantaran adanya cerita sepihak dari istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, yang mengaku dilecehkan oleh Brigadir J di Magelang pada 7 Juli 2022.

Ferdy Sambo kemudian marah dan merencanakan pembunuhan terhadap Yosua yang melibatkan Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf di rumah dinasnya di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022.

Akibat perbuatannya, Sambo, Putri, Richard, Ricky, dan Kuat didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Kelimanya terancam pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun.

https://nasional.kompas.com/read/2023/01/09/17545401/kuat-maruf-tak-sempat-terima-rp-500-juta-dari-ferdy-sambo-hakim-nyesel

Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke