Salin Artikel

Mengenal Sistem Pemilu 1971

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan Umum (Pemilu) pada 1971 adalah pemungutan suara kedua untuk memilih anggota legislatif yang terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Seharusnya, Pemilu lanjutan setelah 1955 dilakukan pada 1958. Namun pada saat itu kondisi politik dalam negeri bergejolak sehingga Presiden Soekarno saat itu memutuskan menerbitkan dekrit pada 5 Juli 1959.

Melalui dekrit itu Soekarno membubarkan Konstituante dan kembali memberlakukan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam perjalanannya Indonesia mengalami krisis ekonomi dan puncaknya pada 1965 terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G30S).

Setelah peristiwa G30S, MPRS menerbitkan Ketetapan (Tap) MPRS Nomor XI tahun 1966 yang mengamanatkan supaya pemerintah menggelar Pemilu pada 1968.

Akan tetapi, MPRS kemudian menggelar Sidang Istimewa pada 1967. Mereka menolak laporan pertanggungjawaban Soekarno dan mencabut mandat sebagai Presiden seumur hidup.

Selain itu, MPRS mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Presiden menggantikan Soekarno. Setelah itu, Soeharto menyatakan akan menggelar Pemilu pada 1971.

Akhirnya Pemilu kedua di Indonesia digelar pada 5 Juli 1971.

Maksud dari sistem itu adalah besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD berimbang dengan besarnya dukungan pemilih yang memberikan suaranya kepada Organisasi Peserta Pemilu atau partai politik.

Sistem itu memiliki landasan hukum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969.

Dengan menerapkan sistem perwakilan berimbang stelsel daftar mengikat, maka semua kursi di setiap daerah pemilihan (Dapil) habis terbagi.

Peserta dan proses Pemilu 1971

Terdapat 10 partai politik yang ikut dalam Pemilu 1971. Mereka adalah: Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Golongan Karya (Golkar).

Pemilu 1971 dimenangi oleh Golkar dengan perolehan suara sebanyak 34.348.672.

https://nasional.kompas.com/read/2023/01/05/19441221/mengenal-sistem-pemilu-1971

Terkini Lainnya

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke