Walau begitu, setidaknya ada dua kader PDI-P yang kerap digadang-gadang menjadi capres.
Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani.
Puan Maharani menjadi sosok yang paling sering disebut-sebut oleh internal PDI-P.
Hanya saja, elektabilitas Puan sebagai capres jauh berada di bawah elektabilitas Ganjar di sejumlah lembaga survei kredibel.
Sementara untuk koalisi, PDI-P terlihat belum berpasangan dengan partai politik manapun, di saat partai lain sudah mulai bergerak mendeklarasikan koalisi masing-masing.
Capres dan koalisi yang harus PDI-P pilih
Berbicara soal sikap politik PDI-P, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, sebenarnya Ganjar dan Puan memiliki peluang maju sebagai capres yang sama besarnya.
Menurut Agung, jika dilihat dari segi kuantitatif atau elektabilitas, PDI-P harus memilih Ganjar sebagai kandidat.
Namun, secara kualitatif nama Puan mencuat karena banyak faktor. Apalagi, PDI-P tidak hanya melihat elektabilitas seseorang saat menentukan capres.
"Karena ada arahan secara kualitatif, sehingga Puan juga mengemuka. Ini terkait soal kedekatan personal dengan ketua umum, kontribusi kepada partai, dan pengalaman politik lintas kekuasaan," ujar Agung saat dimintai konfirmasi, Kamis (5/1/2023).
Oleh karena itu, menurut Agung, akan lebih baik dibuka opsi menyandingkan Ganjar dan Puan sebagai pasangan ketimbang membandingkan keduanya.
Namun, jika hal itu terjadi, sebenarnya akan merugikan karena membuat ceruk pemilih yang disasar PDI-P semakin mengecil.
Lebih lanjut, Agung mengatakan, kalau eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan betul-betul maju di Pilpres 2024, maka PDI-P wajib mencalonkan Ganjar.
"Bila lawan yang dihadapi adalah Anies, maka PDI-P mau tak mau menjadi niscaya mengajukan nama Ganjar, karena hanya Ganjar yang sepadan melawan Anies," kata Agung.
Dengan begitu, Ganjar tinggal menggandeng sosok Airlangga Hartarto atau Prabowo Subianto sebagai cawapres.
Terkait koalisi, PDI-P disebut Agung bisa saja bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) atau Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Ia mengatakan, KIR yang digagas Gerindra-PKB sebenarnya lebih berpeluang menang ketimbang KIB, jika Anies tidak maju.
Apabila Anies tidak maju, kata Agung, peluang Puan Maharani dimajukan PDI-P juga semakin besar.
"Tapi, bila Anies tak jadi maju, maka opsi Puan untuk dimajukan membesar. Dan di titik ini nama Prabowo menjadi relevan. Sehingga Gerindra, baik sebagai partai atau ketika melebur dalam KIR menjadi bagian penting bagi PDI-P karena dapat lebih fleksibel memenangkan," ujar Agung.
Sebab, bila ketiganya terbelah dalam Pemilu 2024, maka kekalahan salah satu di pentas elektoral, yakni pileg atau pilpres membesar atau bahkan kalah kedua-duanya semakin terbuka.
"Otomatis perlu dicari solusinya apakah dengan memunculkan duet Ganjar-Puan atau membagi peran strategis agar keduanya tetap mampu memperkuat partai secara internal-eksternal. Misalnya, dengan skema Ganjar menjadi capres dan Puan menjadi Ketum PDIP pasca Ibu Mega," kata Agung.
https://nasional.kompas.com/read/2023/01/05/15173631/menakar-capres-dan-koalisi-yang-harus-dipilih-pdi-p-untuk-pilpres-2024