Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, kesimpulan itu didapatkan setelah Kemenkes melakukan penelitian mendalam bersama pihak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), epidemiolog, dan ahli forensik di bidang toksikologi.
Hasilnya, gagal ginjal akut disebabkan obat sirup tercemar EG dan DEG. Beberapa penyebab lainnya yang memungkinkan terjadinya gagal ginjal pun telah disingkirkan karena tidak terbukti.
"Kita berkesimpulan bahwa gagal ginjal akut yang selama ini terjadi yang dimulai kenaikannya pada Agustus akhir, naik pada September dan Oktober, itu disebabkan karena intoksikasi zat EG dan DEG yang ada tercampur dalam obat sirup yang diminum anak-anak," kata Syahril dalam konferensi pers secara daring, Rabu (16/11/2022).
Syahril mengungkapkan, kesimpulan makin diperkuat karena tidak ada penambahan kasus sejak dua minggu terakhir setelah Kemenkes melarang penggunaan obat sirup sejak 18 Oktober.
Kemudian, pada tanggal 23 Oktober, Kemenkes bekerja sama dengan BPOM melakukan penelitian untuk obat-obat yang direkomendasikan diteliti, salah satunya karena terdapat di rumah pasien gagal ginjal.
Kemudian, kasus menurun karena pada tanggal 25 Oktober 2022, Kemenkes menetapkan obat penawar Fomepizole untuk gagal ginjal.
"Dengan itu kita berikan pelarangan dan melakukan penelitian oleh BPOM, dan kita tetapkan obat antidotum. Maka Alhamdulillah gerakan cepat ini menghasilkan suatu hal yang sangat kita harapkan, yaitu tidak ada penambahan kasus maupun kematian," ucap Syahril.
Adapun sejak 2 minggu terakhir atau tepatnya sejak 2-15 November 2022, kasus gagal ginjal mencapai 324 kasus, dengan jumlah yang dirawat tinggal 14 orang. Pasien itu dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Dengan, demikian jumlah pasien yang sembuh hingga 15 November 2022 mencapai 111 orang.
Jumlah pasien yang meninggal juga tidak bertambah selama 2 minggu terakhir, yaitu 199 orang.
"Sejak tanggal 2 November 2022, menurun sehingga sampai saat ini yang dirawat tinggal 14 orang. Mudah-mudahan setelah mendapatkan antidotum, itu (pasien yang dirawat) dapat terselamatkan, walau 14 orang ini dalam stadium ketiga yang memang berat," ujar Syahril.
Gagal ginjal akut misterius marak menyerang anak-anak. Peningkatan kasus gagal ginjal akut terjadi sejak Agustus 2022.
Gejala yang timbul dari penyakit ini yaitu demam, hilang nafsu makan, malaise, batuk pilek, mual, muntah, ISPA, dan diare.
Kemudian, sulit kencing, berupa air seni berkurang atau tidak ada air seni sama sekali.
Sejauh ini, BPOM sudah menindak dengan mencabut izin edar 3 perusahaan farmasi, yaitu PT Yarindo Farmatama, PT Universal Pharmaceutical Industries, dan PT Afi Farma.
Pada minggu lalu, BPOM kembali menarik dan memusnahkan produksi obat sirup yaitu PT Samco Farma dan PT Ciubros Farma.
Pemusnahan ini dilakukan terhadap seluruh bets produk sirup obat yang mengandung cemaran EG dan DEG melebihi ambang batas.
Terhadap produk sirup obat lainnya dari dua industri farmasi tersebut yang menggunakan pelarut tambahan juga dihentikan produksi dan distribusinya sampai ada perkembangan lebih lanjut terkait hasil uji dan pemeriksaan CPOB.
Di samping pemberian sanksi administratif, BPOM akan melakukan pendalaman terhadap potensi pelanggaran hukum lainnya.
Lalu, BPOM mencabut sertifikat cara distribusi obat yang baik (CDOB) milik dua pedagang besar farmasi (PBF), yaitu PT Megasetia Agung Kimia PT Tirta Buana Kemindo.
Sebab, kedua distributor itu telah menyalurkan bahan baku propilen glikol yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang tidak memenuhi syarat.
https://nasional.kompas.com/read/2022/11/16/12425231/hasil-penelitian-gagal-ginjal-akut-disebabkan-keracunan-obat-sirup
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan