Salin Artikel

Tak Kunjung Umumkan Koalisi dengan Nasdem-PKS, Demokrat: Perbedaan Tentu Ada

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menekankan bahwa rencana pembentukan koalisi dengan Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera masih dalam tahap penggodokan.

Ia pun mengklaim bila ketiga partai kian banyak kesamaan yang dicapai. Meski diketahui ada perbedaan di antara ketiganya terutama mengenai sosok calon wakil presiden yang hendak diusung.

"Perbedaan pandangan tentu ada. Tetapi, kami lebih fokus pada kesamaan-kesamaan yang kami miliki," kata Herzaky saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (23/9/2022).

Diketahui, dalam beberapa waktu terakhir Demokrat kerap menyuarakan keinginannya memasangkan Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Nama Anies menjadi salah satu nama yang keluar sebagai bakal calon presiden yang ingin diusung Nasdem, selain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.

Di sisi lain, PKS yang memperoleh suara yang lebih tinggi dibandingkan Partai Demokrat pada Pemilu 2019 lalu, juga berkeinginan untuk menyodorkan tiga kadernya sebagai cawapres.

Mereka adalah mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, mantan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Sementara itu, menurut Juru Bicara PKS M Kholid, Nasdem juga mengusulkan kandidat cawapres, yakni Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Herzaky menambahkan, saat ini komunikasi politik dengan partai lain juga terus dibuka, meskipun rencana pembentukan koalisi dengan Nasdem dan PKS diklaim telah menguat.

"Kalau komunikasi dengan parpol-parpol lain, memang terus kami lakukan juga. Bagaimanapun, menyelesaikan permasalahan bangsa ini butuh kerja sama dari berbagai elemen bangsa. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengklaim rencana pembentukan koalisi dengan PKS dan Partai Demokrat semakin menguat.

Bahkan ia menyebut, persentase keberhasilannya bisa dikatakan berada di angka 80 persen.

“Bisa jadi (80 persen) kalau kesepakatan beberapa hal terpenuhi. Di sana lah kemudian seni diplomasinya ya tentu ada beberapa hal yang terus menerus dibicarakan,” papar Willy ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (19/9/2022).

Willy lantas menjelaskan hambatan pembentukan koalisi ketiga partai politik (parpol) tersebut. Pertama soal penjajakan mendalam karena ketiganya belum pernah bekerja sama.

“Tentu ini enggak bisa kawin paksa kan, tentu proses pembangunan chemistry di dua ranah, ranah antar partai, dan ranah antara kandidat (capres-cawapres) dengan partai,” tuturnya.

Dalam pandangannya, situasi tersebut tak mudah, masing-masing parpol harus menjalani proses sedikit lebih lama.

https://nasional.kompas.com/read/2022/09/23/11491481/tak-kunjung-umumkan-koalisi-dengan-nasdem-pks-demokrat-perbedaan-tentu-ada

Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke