JAKARTA, KOMPAS.com - Harapan supaya status masa pandemi Covid-19 segera berakhir terus menguat.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pekan lalu menyebutkan bahwa kemungkinan akhir pandemi sudah ada di depan mata, dengan berkaca pada data kasus Covid-19 di dunia yang menurun secara drastis sejak 2020.
Menurut Tedros, Covid-19 telah menewaskan jutaan orang dan menginfeksi 606 juta sejak muncul pada akhir 2019, pekan lalu turun ke level terendah sejak Maret 2020.
Dikutip dari The Guardian, jumlah kematian mingguan yang dilaporkan akibat Covid-19 mencapai angka terendah sejak Maret 2020.
"Kami tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi," ujar Tedros.
"Kami belum sampai di sana (akhir pandemi), tetapi akhir sudah di depan mata," ujar dia.
Prediksi akhir pandemi dan sikap pemerintah
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan sejumlah langkah jika memang status pandemi Covid-19 segera dicabut.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menegaskan, vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan harus terus dilakukan oleh masyarakat agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Syahril mengatakan, meski menyampaikan akhir pandemi sudah di depan mata, hal itu tidak bisa diwujudkan bak membalikkan telapak tangan.
"Beliau (Tedros) pun mengingatkan, semua ini bukan berarti kita sudah selesai pandeminya. Artinya apa, upaya-upaya yang dilakukan oleh semua negara, termasuk di Indonesia dengan disiplin masker dan vaksinasi maka harus dipertahankan sampai betul-betul memang pandemi ini dianggap berakhir," kata Syahril, Jumat (16/9/2022).
Syahril mengatakan, berakhir atau tidaknya pandemi Covid-19 kini bergantung pada masyarakat Indonesia dan dunia.
Sebab, menurut Syahril, pernyataan Tedros di satu sisi memberikan penghargaan kepada semua negara yang sudah bekerja keras mengendalikan situasi pandemi.
Namun, ia mengingatkan, WHO juga memberikan enam pekerjaan rumah yang harus dikerjakan agar pandemi Covid-19 benar-benar berakhir.
"Kalau kita tidak meningkatkan atau mempertahankan disiplin protokol kesehatan tadi dan juga tidak mengejar cakupan vaksinasi, maka bisa saja apa yang dikatakan oleh Dirjen WHO tadi tidak menjadi suatu kesempatan emas bagi kita," ujar Syahril.
Ia menyebutkan, ada enam kebijakan singkat yang diberikan WHO untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
Enam kebijakan itu adalah vaksinasi, melakukan testing dan sequencing, memastikan sistem kesehatan untuk pelayanan Covid-19, mempersiapkan lonjakan kasus, melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian, serta menyampaikan informasi terkait Covid-19 kepada masyarakat.
Syahril juga menyatakan, produksi vaksin Covid-19 di dalam negeri akan terus berjalan walau WHO menyatakan ada kemungkinan pandemi segera berakhir.
"Tentang vaksinasi produksi dalam negeri tadi, saya kira ini tetap dilakukan sampai betul-betul kebutuhan vaksinasi ini kita penuhi," kata Syahril.
Syahril mengatakan, ada peluang pemerintah bakal mengekspor vaksin buatan dalam negeri jika kebutuhan domestik sudah terpenuhi.
Di samping itu, Syahril menegaskan, pemerintah saat ini tetap memprioritaskan peningkatan angka vaksinasi dosis pertama, kedua, dan ketiga, meski situasi pandemi sudah melandai.
"Untuk yang selanjutnya, nanti kita akan melihat perkembangan, kalau memang sudah melandai betul, apa masih perlu kita lakukan vaksinasi? Kita lihat perkembangan berikutnya ya," ujar dia.
(Penulis : Ardito Ramadhan | Editor : Bagus Santosa, Icha Rastika)
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/19/10574471/persiapan-indonesia-saat-akhir-pandemi-covid-19-di-depan-mata