Salin Artikel

Epidemiolog Sebut Vaksin Inavac-Indovac Tak Kalah Bagus dari Moderna dan Pfizer

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua vaksin produksi dalam negeri, Inavac dan Indovac, kini dalam uji klinis tahap akhir oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Epidemiolog dan Pengajar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Bayu Satria Wiratama menilai, vaksin tersebut sama bagusnya dengan vaksin buatan luar negeri yang saat ini digunakan, yakni Moderna dan Pfizer.

Dia berharap, kedua vaksin itu bisa segera digunakan jika izin edar atau izin penggunaan darurat (Emergency Use Authoruzation/EUA) sudah diterbitkan oleh BPOM.

"Kalau vaksin Indonesia itu sudah lulus uji sampai terakhir, itu bisa digunakan dan tentu sama bagusnya dengan Moderna dan Pfizer," ucap Bayu dalam bincang media secara daring, Jumat (2/8/2022).

Bayu berharap, terbitnya izin edar untuk vaksin itu menambah kepercayaan masyarakat untuk mendapat vaksinasi Covid-19, khususnya untuk dosis primer 1 dan 2.

Sebab selama ini, masih banyak masyarakat yang memilih jenis vaksin dengan berbagai alasan. Selain itu, masih banyak yang tidak melakukan vaksinasi karena khawatir akan efek sampingnya.

"Selama vaksin yang produksi dalam negeri, Indovac sama Inavac sudah melalui uji klinis fase III dua-duanya akan direkomendasikan juga untuk digunakan dalam vaksinasi di Indonesia. Tidak perlu takut, tidak perlu khawatir hasilnya tidak bagus," ucap Bayu.

Sementara itu, Guru Besar Mikrobiologi FKUI, Amin Soebandrio menyampaikan, hasil uji klinis dari kedua vaksin cukup menjanjikan. Efikasi vaksin tersebut di atas 50 persen dan sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Adapun uji klinik fase I untuk jenis vaksin Indovac sudah sampai follow up 5 bulan, fase II follow up 3 bulan, dan fase III memasuki follow up 50 hari.

Sementara itu, uji klinik vaksin Inavac fase I dan II sudah sampai follow up 3 bulan, sedangkan uji klinik fase III memasuki penyelesaian penyuntikan dosis kedua dan follow up study.

"Informasi sementara menunjukkan keamanan atau efikasi yang baik, sehingga itu bisa dipakai. pasti kalau sudah dapat EUA, maka itu akan dipakai untuk vaksinasi primer pertama dan kedua," ucap dia.

Sedangkan untuk vaksin booster, Amin menyebut perlu kajian lebih lanjut. Kedua jenis vaksin itu juga tengah diusulkan untuk menjadi dosis penguat (booster) dan vaksinasi primer anak.

Keduanya kini dalam proses pengajuan protokol uji klinis.

"Harus diikuti dengan kajian lebih lanjut apakah bisa dipakai untuk booster, termasuk rentang usia apakah itu bisa dipergunakan di usia produktif sampai 50 tahun atau sampai usia lanjut, atau untuk anak-anak ataupun bayi. Itu masih terus dikaji," jelas Amin.

Sebagai informasi, vaksin Indovac dan Inavac sudah disetujui oleh Presiden Joko Widodo. Kepala BPOM Penny K. Lukito berharap izin edar atau izin penggunaan darurat bisa keluar pada September 2022.

"Mudah-mudahan harapannya September ini sudah bisa dikeluarkan EUA-nya. Jadi sudah dalam tahap-tahap terakhir," kata Penny saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (30/8/2022).

Sebagai informasi, vaksin Inavac dengan platform inactivated virus dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.

Sedangkan Indovac dengan platform protein rekombinan sub-unit (yeast based) dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bio Farma dengan Baylor College of Medicine.

Selain kedua jenis vaksin tersebut, ada satu jenis vaksin yang tengah berproses di dalam negeri, yakni Zifivax dengan platform protein rekombinan sub-unit (CHO based) yang akan dikembangkan oleh PT Jbio.

PT Jbio sedang membangun fasilitas produksi. Namun proses fill and finish sementara dilakukan di PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Selain vaksin Covid-19, Jbio akan memproduksi vaksin lain seperti meningitis, measles, rubella, hingga HPV.

https://nasional.kompas.com/read/2022/09/02/21233241/epidemiolog-sebut-vaksin-inavac-indovac-tak-kalah-bagus-dari-moderna-dan

Terkini Lainnya

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke