"Enggak-enggak. Karena minggu depan sudah reses (DPR). Sementara kita masih memperbaiki draf," kata Edward di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (27/6/2022).
Pria yang biasa dipanggil Eddy ini menyampaikan bahwa pemerintah akan memperbaiki lima poin dalam draf RKUHP tersebut.
Pertama, revisi beberapa pasal berdasarkan masukan masyarakat. Kendati demikian, Eddy tak menyebutkan pasal yang dimaksud.
"Kedua, mengenai rujukan pasal. Kan ada dua pasal yang dihapus. Kalau dua pasal dihapus itu kan berarti kan nomor-nomor pasal jelas berubah, sehingga kita rujukan pasal ini harus hati-hati," ucap dia.
"Misalnya ketika kita melihat sebagaimana dimaksud dalam pasal sekian, nah ternyata kan berubah," kata Eddy.
Ketiga, Eddy mengatakan bahwa draf RKUHP masih banyak salah ketik.
Hal itu pun tentu perlu diperbaiki. Keempat, sinkronisasi antara batang tubuh dan penjelasan.
Kelima, tentang persoalan sanksi pidana.
"Jadi sanksi pidana ini kita harus mensinkronkan supaya tidak ada disparitas," kata Eddy.
Eddy mengatakan, pemerintah memang betul-betul mencermati isu persoalan RKUHP.
Ia mencontohkan mengenai kejahatan terhadap kesusilaan agar jangan sampai tumpang tindih dengan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).
Sebelumnya, Pemerintah dan Komisi III DPR menyepakati hasil sosialisasi RKUHP yang disampaikan pada rapat dengar pendapat di Komisi III, Rabu (25/5/2022).
Adapun hasilnya, RKUHP akan dibawa ke dalam rapat paripurna bersama dengan RUU Pemasyarakatan.
Pada Mei, Wakil Menteri Hukum dan HAM Eddy Hiariej mengatakan, RKUHP dan RUU Pemasyarakatan diperkirakan menjadi undang-undang pada Juli 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/29/11522261/rkuhp-tak-jadi-disahkan-juli-ini