Salin Artikel

Kajian Komprehensif Penggunaan Ganja untuk Kepentingan Medis Diperlukan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dan DPR mulai mempertimbangkan untuk mengkaji penggunaan ganja untuk keperluan medis. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun akan turut dilibatkan untuk membuat fatwa yang kelak menjadi pedoman bagi para stakeholders terkait dalam melakukan kajian tersebut.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan bahwa MUI telah mengeluarkan aturan bahwa penyalahgunaan ganja merupakan suatu hal yang dilarang bagi umat Islam.

Namun, ia mengakui, MUI perlu mengeluarkan fatwa baru seiring dengan munculnya desakan agar ganja dapat digunakan untuk kepentingan medis.

"Saya minta nanti MUI segera membuat fatwanya untuk bisa dipedomani oleh DPR, jangan sampai nanti berlebihan dan juga menimbulkan kemudaratan," kata Ma'ruf di Kantor MUI, Jakarta, Selasa (28/6/2022).

Salah satu desakan itu datang dari seorang ibu bernama Santi Warastuti, melalui gugatan atas Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan itu telah dilayangkan sejak tiga tahun silam.

Santi dan suaminya, Sunarta, berharap agar ganja dapat digunakan untuk kebutuhan medis guna mengobati anaknya, Pika, yang kini tengah mengidap cerebral palsy. Akibat penyakit itu, kemampuan otot, gerakan hingga koordinasi tubuh Pika terpengaruhi.

Hingga kini, MK tak kunjung menuntaskan gugatan yang diajukan Santi.

Namun ia tak abis akal. Santi datang dari Yogyakarta ke Jakarta untuk melakukan aksi saat pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Bundaran HI, Minggu (26/6/2022) kemarin. Aksi itu mengundang simpati banyak pihak, tak terkecuali DPR.

Perlu kajian

Kajian atas penggunaan ganja untuk keperluan medis dinilai perlu dilakukan secara komprehensif. Selain karena belum diatur di dalam Undang-Undang Narkotika, pengkajian juga diperlukan guna menghindari dampak lain yang justru merugikan masyarakat.

"Kalau salah mengambil jenis ganja, misalnya nanti malah bukan bagus untuk pengobatan, tetapi nanti malah merugikan. Oleh karena itu, kita perlu kajian yang komprehensif," kata Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa.

"Memang tuntutan masyarakat mengenai ganja medis ini agak besar akhir-akhir ini, terutama mengacu di dunia luar yang sudah memakai ganja untuk pengobatan, tetapi di Indonesia UU masih belum memungkinkan untuk itu," imbuhnya.

Ia memastikan bahwa kajian yang akan dilakukan DPR akan melibatkan Kementerian Kesehatan, hingga Badan Narkotika Nasional (BNN).

Terpisah, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan, revisi UU Narkotika diperlukan untuk mengakomodir apakah ada manfaat penggunaan ganja untuk kepentingan medis.

Komisi III berencana menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan pakar kesehatan dari Aceh terkait penggunaan ganja untuk keperluan medis pada Kamis (30/6/2022).

"Ya kita minta masukan dulu sama kesehatan kan ada pakar dari Aceh, ada pakar dari mana-mana tentang itu nanti akan kita rumuskan, apakah memang ini berbahaya atau tidak berbahaya bagi kesehatan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX Charles Honoris mengatakan, kajian objektif diperlukan apakah penggunaan ganja untuk medis diperlukan atau tidak di Indonesia.

"Terlepas Indonesia akan melakukan program ganja medis atau tidak nantinya, riset adalah hal yang wajib dan sangat penting dilakukan untuk kemudian menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan/penyusunan regulasi selanjutnya," kata Charles dalam keterangannya, Senin (27/6/2022).

Charles memandang riset medis harus terus berkembang dan dinamis demi tujuan kemanusiaan.

"Demi menyelematkan kehidupan Pika, dan anak penderita radang otak lain, yang diyakini sang ibunda bisa diobati dengan ganja," ujarnya.

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/29/09360711/kajian-komprehensif-penggunaan-ganja-untuk-kepentingan-medis-diperlukan

Terkini Lainnya

9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke