Hasilnya, sebanyak 58,7 persen responden menjawab tidak pernah mendengar nama Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim.
"Popularitas dan kedisukaan Nadiem Makarim. Sebanyak 58,7 persen tidak mengetahui, 41,3 persen mengetahui," ujar peneliti senior INDIKATOR Rizka Halida dalam jumpa pers virtual, Minggu (19/6/2022).
Rizka menjelaskan, dari 41,3 persen responden yang mengetahui Nadiem, 72,6 persen di antaranya suka dengan Nadiem.
Sementara, 13,1 persen responden lainnya mengatakan tidak suka terhadap Nadiem.
Kemudian, Rizka menyampaikan Nadiem lebih dikenal sebagai menteri ketimbang bos Gojek.
"60,2 persen mengenal Nadiem Makarim sebagai Mendikbud-Ristek, 28,9 persen pendiri Gojek, 6,1 persen pengusaha," ucapnya.
Kemudian, di tingkat kepuasan kinerja, mayoritas responden yang tahu Nadiem merasa cukup puas.
63,6 persen responden menyatakan cukup puas dan 5,8 persen lainnya merasa sangat puas.
Namun, ada 23,5 persen responden yang kurang puas dan 2,1 persen menyatakan tidak puas sama sekali terhadap kinerja Nadiem.
Lebih jauh, Rizka memaparkan hasil survei mengenai kepuasan masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat Kemendikbud-Ristek.
64,6 persen masyarakat menyatakan cukup puas dan 3,4 persen merasa sangat puas.
59,2 persen responden pun optimistis bahwa kinerja Nadiem mampu membawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.
Lalu, 8,3 persen tidak percaya dan 1,5 persen sangat tidak percaya.
Rizka turut menyoroti program Kemendikbud-Ristek mulai dari yang paling bermanfaat sampai yang tidak bermanfaat.
Program yang sangat bermanfaat ialah Pembelajaran Tatap Muka dengan 42,8 persen, KIP Kuliah Merdeka 42 persen, bantuan kuota data internet 40,6 persen, BOS yang langsung ditransfer ke rekening sekolah dan semakin fleksibel penggunaannya 40 persen, dan Peraturan Menteri (Permen) Pencegahan serta Penanganan Kekerasan Seksual 33,2 persen.
Lebih lanjut, kata Rizka, bantuan untuk pelaku budaya 66,1 persen, guru penggerak 65,4 persen, matching fund vokasi 64,9 persen, Sekolah Penggerak 64,7 persen, dan platform Merdeka Mengajar 63,9 persen, menjadi program yang cukup bermanfaat untuk para responden.
Sementara, 5 program yang kurang bermanfaat adalah PPDB dengan membuka hingga maksimal 30 persen kuota untuk jalur prestasi sebanyak 18,8 persen, Asesmen Nasional 14,4 persen, SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di lingkungan sekolah 12,7 persen, penolakan penggunaan bahasa Melayu Malaysia 7,9 persen, dan hak belajar tiga semester di luar kampus 7,1 persen.
"Secara umum publik menilai sangat positif program-program Kemendikbud-Ristek," imbuh Rizka.
Di akhir paparan, Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud-Ristek Anang Ristanto berterima kasih kepada survei yang Indikator lakukan.
Anang menyebut survei itu bisa membantu memajukan pendidikan Indonesia.
"Survei ini kami maknai sebagai salah satu bentuk gotong royong dan partisipasi publik untuk sama-sama memajukan pendidikan di Indonesia," kata Anang.
Survei Indikator ini dilakukan dengan wawancara tatap muka. Ada 1.520 orang yang diwawancarai.
Responden yang diwawancara tersebar di seluruh Indonesia. Mereka berusia 17 tahun atau lebih.
Adapun survei ini dilakukan menggunakan metode random sampling dengan margin of error -+ 2,6 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei juga sudah melalui proses quality control terhadap hasil wawancara. 20 persen responden didatangi ulang untuk dilakukan pengecekan secara acak.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/19/17253661/survei-587-persen-responden-tak-tahu-nadiem-makarim-mendikbud-ristek