"Kalau Ibu Mega kan tersenyum saja, karena beliau kan sosok yang kenyang dengan asam garam politik," kata Hasto saat ditemui di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (28/5/2022).
Hasto mengatakan, bagi Mega, sudah ada mekanisme tersendiri untuk seseorang dapat diusung menjadi presiden.
Namun, Hasto mengatakan, Mega lebih menekankan bagaimana seseorang menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara.
"Sehingga seorang pemimpin itu harus ditentukan bukan hanya dari instrumen elektoral atas dasar pencitraan, seorang pemimpin itu (dilihat) dari karakternya," kata dia.
Hasto juga menyampaikan, bagi Mega, seorang pemimpin tidak dibangun dalam waktu dua tahun, tetapi sejak ketika orang tersebut lahir, yakni bagaimana seseorang menggembleng mental, spiritual, dan kemampuan teknokratiknya.
"Jadi jangan bawa pemimpin dalam perspektif yang begitu sempit, seolah-olah pemimpin itu hanya dari aspek kekuasaannya, bukan pada tanggung jawab dan kemampuan ideologi, teknokratik dari pemimpin itu," ujar Hasto.
Sementara itu, Hasto menegaskan, PDI-P hingga kini masih fokus menyukseskan pemerintahan Presiden Joko Widodo ketimbang memikirkan koalisi menjelang Pilpres 2024.
Hasto pun mengajak semua pihak untuk sama-sama menyukseskan pemerintahan Jokowi agar memberikan warisan yang baik bagi masyarakat.
"Mari dahulukan dulu prestasi buat rakyat bersama Presiden Jokowi, nanti ada momentum yang tepat bagi kita untuk merancang kerja sama di dalam rangka Pilpres 2024," kata Hasto.
Hasto mengingatkan, rakyat sendiri yang akan menilai jika pemerintah Jokowi-Ma'ruf tidak meninggalkan warisan yang baik untuk masyarakat.
Hasto berpendapat, masih ada cukup waktu untuk membahas koalisi karena batas waktu pencalonan presiden baru akan jatuh pada September tahun depan.
"Jadi jangan bawa energi kontestasi terlalu dini yang kemudian menguras energi kita, kontestasi harus dibawa ke bawah mari ramai -ramai membuat prestasi untuk rakyat," ujar Hasto.
https://nasional.kompas.com/read/2022/05/28/20241381/soal-dinamika-bursa-capres-hasto-kalau-bu-mega-tersenyum-saja