Salin Artikel

Cerita Ramadhan Viva Yoga Mauladi: Rindu Ditanya Ibu Kapan Pulang ke Lamongan

JAKARTA, KOMPAS.com - Momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran selalu memiliki cerita tersendiri bagi setiap orang, terutama umat Islam.

Setelah berpuasa sekitar satu bulan lamanya, Lebaran menjadi momentum suka cita sebagai hari kemenangan.

Suasana Lebaran identik dengan saling bermaaf-maafan dan bertemu orang terdekat Umumnya, bertemu dengan orang tua, anak, kakak, adik maupun saudara di kampung halaman.

Tetapi, suasana Lebaran akan terasa berbeda ketika ada keluarga yang sudah tiada.

Ini lah yang dirasakan oleh Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi.

Perekat momen Lebaran itu telah tiada...

Kepada Kompas.com, pria yang akrab disapa Yoga ini menceritakan kisahnya seputar menyambut Lebaran yang terasa berbeda sejak 2016.

Ini merupakan tahun yang selalu diingat oleh Yoga, ketika sang ibunda meninggal dunia, tepatnya 21 Mei 2016.

Enam tahun sebelumnya, tepatnya pada 2010, ayah dari Yoga juga telah berpulang terlebih dahulu.

"Kalau sekarang, makna Lebaran sebagai momen perekat berkumpulnya keluarga besar saya itu sudah tidak ada. Karena ibu sudah tidak ada...," kata Yoga saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/4/2022).

Yoga menganggap, sang ibu sebagai perekat keluarga besarnya. Sehingga, setelah sosok ibu tiada, ada perbedaan mencolok dalam momen Lebaran berkumpul bersama keluarga.

Wajib pulang ke Lamongan...

Dia menceritakan, ketika masih hidup, ibunya kerap menanyakan kepulangan dari Yoga beserta kakak dan adik ke Lamongan. 

Adapun Yoga merupakan anak keempat. Kakak dan adik Yoga juga diketahui tidak tinggal di Lamongan.

"Kakak saya yang pertama di Mataram, Lombok. Kakak saya yang kedua di Mataram, Lombok. Kakak perempuan saya yang ketiga di Pasuruan. Saya nomor empat, di Jakarta. Nomor lima di Kota Malang. Tidak ada yang di Lamongan," tutur Yoga.

Bukan tanpa alasan, ibu Yoga juga diceritakan tidak ingin tinggal menetap di rumah anak-anaknya.

Yoga mengatakan, ibunya memilih tetap tinggal di Lamongan agar bisa tetap beraktivitas, seperti bergaul dengan teman-teman di pengajian, PKK, mengelola Taman Kanak-Kanak dan yayasan yatim piatu.

"Itu (dianggap) jadi obat. Karena gini rasanya. 'Saya itu kalau di rumahmu, apa yang saya lakukan? Karena saya tidak bisa memberikan manfaat buat masyarakat'. Menarik tidak?," cerita Yoga yang masuk PAN sejak tahun 2000.

Yoga bercerita, jauh hari sebelum Lebaran, sang ibu kerap bertanya kepada anak-anaknya mengenai waktu mudik atau pulang ke kampung halaman di Lamongan.

Namun, ketika ibu sudah tidak ada, Yoga mengaku, perbedaan begitu terasa. Ia mengakui rindu ditanya oleh ibunya kapan pulang ke Lamongan.

"Bagi saya, yang tidak punya orang tua lagi itu, terasa banget itu mas perbedaannya. Kalau dulu ada orang tua pasti wajib pulang pas Lebaran. Wajib hukumnya, bahkan sebelum Lebaran pun ditanya kapan kamu pulang. Kapan pulang? Jadi bagi ibu itu pulang Lebaran itu kewajiban, begitu lho," cerita dia.

Tidak hanya kepada anak-anaknya, ibu Yoga juga disebut menanyakan kepulangan cucu-cucunya ke Lamongan.

Dikatakan Yoga, ibunya sudah memiliki 17 orang cucu dan cicit. Hal ini yang menjadi pembeda ketika rumah keluarga di Lamongan begitu terasa ramai saat Lebaran, tapi tidak setelah ibu Yoga tiada.

"Cucunya yang sudah menikah juga harus pulang. Jadi sangat banyak itu (di rumah). Ibu saya pada waktu meninggal punya 17 cucu, ada cicit juga. Jadi sangat ramai, jadi kayak saya ini ada pembeda mas. Jadi, pada saat menjelang Lebaran, terus ada takbir, itu ada merasa kehilangan," ucapnya.

"Suasana batin, terus suasana keluarga, ya suasana itu terasa banget. Biasanya kami ribut pulang kampung menyiapkan ini itu, dua minggu sebelum Lebaran itu kan harus ada kepastian tanggal berapa pulangnya," lanjut Juru Bicara DPP PAN itu.

Lebaran keluarga setelah ibu tiada

Enam tahun setelah sang Ibu meninggal, Yoga bercerita bahwa keluarganya sudah tidak lagi merayakan Hari Raya Lebaran di Lamongan.

Keluarganya, kata dia, baru ke Lamongan setelah hari Lebaran. Dia mengatakan, keinginan mudik Lebaran setelah ibu tiada sudah tidak sekuat dahulu.

"Jadi biasanya sih kalau kami itu, pulang setelah Lebaran (setelah ibu meninggal). Berkumpulnya setelah Lebaran. Itu juga kalau bisa kumpul, kalau enggak juga enggak apa. Berkumpulnya di Lamongan," jelasnya.

Di sisi lain, Yoga juga mengaitkan momentum Lebaran menjadi beda ketika teknologi membuat yang jauh terasa didekatkan.

Hal ini karena ada teknologi Zoom meeting atau pun aplikasi telepon untuk sekadar melakukan panggilan video bersama keluarga.

"Ini sangat berpengaruh terhadap kewajiban untuk pulang kampung sebenarnya. Jadi, momen yang dirasakan kewajiban untuk pulang semenjak bapak ibu wafat itu sudah tidak sekuat dulu ketika ibu itu masih hidup ya," tutur Yoga.

Tak mengkonsumsi makanan Lebaran

Selain kehilangan sang ibu menjadi pembeda momen Lebaran, Yoga juga bercerita hal lain ketika dirinya tidak mengonsumsi makanan khas Lebaran.

Diakuinya, makanan seperti ketupat, opor ayam, daging dan bersantan lainnya sudah tidak dikonsumsi lagi sejak 2019.

Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana ini mengatakan, hal tersebut dilakukan karena sebagai seorang vegetarian.

"Saya tidak bisa untuk menikmati ketupat, menikmati opor ayam, menikmati daging bakar, karena saya sejak 2019 saya tidak makan nasi, tapi makannya kentang, sayur singkong, ketela," ujarnya.

Ketika ditanya sampai kapan menerapkan gaya hidup vegetarian, Yoga menjawabnya dengan nada bercanda.

"Sampai kapan, ya sampai sekuat badan kita saja hahaha," jawab Yoga sembari tertawa.

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/22/18160051/cerita-ramadhan-viva-yoga-mauladi--rindu-ditanya-ibu-kapan-pulang-ke

Terkini Lainnya

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke