Salin Artikel

Kesal Birokrasi Lambat Atasi Tsunami Aceh, Jusuf Kalla: Ambil Pistol, Tembak Gemboknya!

Gelombang dahsyat yang dipicu gempa berkekuatan magnitudo 9,3 itu merenggut nyawa sebanyak 230.000 jiwa dan 500.000 orang lainnya kehilangan tempat tinggal.

Situasi darurat itu tentu perlu direspons dengan cepat oleh pemerintah.

Buku berjudul "Ombak Perdamaian" karya Fenty Effendy memotret suasana rapat pemerintah ketika itu yang dipimpin oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sebagaimana diberitakan Tribunnews.com, Jusuf Kalla (JK) berulang kali menunjukkan kekecewaannya dalam rapat tersebut.

Misalnya, JK sempat kecewa karena pemerintah hanya memiliki persediaan 8 ton obat-obatan, jauh di bawah kebutuhan 12 ton obat-obatan.

JK pun sempat memberi ultimatum kepada seorang pejabat Kementerian Kesehatan agar semua obat yang ada di Jakarta segera diterbangkan ke Serambi Mekkah.

"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat ke sana dengan Hercules. Harus berangkat pukul lima pagi," kata JK.

"Tapi ini kan sudah tengah malam pak. Semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya kami tidak tahu tinggal di mana," jawab pejabat itu.

Sontak, JK menepuk meja karena merasa kecewa. Ia memerintahkan pejabat itu untuk segera memberikan alamat gudang-gudang penyimpanan obat.

Ia menegaskan, di tengah situasi darurat semestinya para pejabat tidak perlu berpikir ada di mana kunci gudang-gudang itu.

"Rakyat Anda menderita begini masih saja bicara soal gembok. Sekarang, berikan alamat gudang-gudang penyimpanan tersebut. Tak usah cari yang pegang kunci gembok. Ambil pistol, tembak gembok itu," kata JK.

Kekecewaan kembali dirasakan JK saat ia bertanya soal persediaan makanan kepada si pejabat Kementerian Kesehatan itu.

Sang pejabat menjawab bahwa kementeriannya sudah menyiapkan mi instan dalam jumlah banyak untuk dibeli di Medan, tetapi pejabat itu mengeluhkan soal birokrasi.

"Masalahnya pak kami tidak mudah mengeluarkan uang tunai karena ada proses mekanismenya," kata sang pejabat.

JK pun kembali menepuk meja, tanda kekecewaannya. Dengan nada marah, ia meminta agar uang untuk membeli mi instan segera dikeluarkan untuk dibelanjakan di Medan keesokan harinya.

JK juga menyampaikan bahwa ia siap dipenjara apabila memang dianggap menyalahi prosedur.

"Di sana saudara beli mi dan langsung bawa ke Aceh. Saya adalah Wapres, dan saudara adalah pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini, saya yang bertanggung jawab atas segala persoalan yang akan timbul di kemudian hari. Saya yang masuk penjara, bukan saudara," kata JK.

JK menegaskan, para pejabat hendaknya tidak mempermasalahkan prosedur atau hal-hal subtansial lainnya karena kondisi di Aceh bukanlah situasi normal.

"Saya mau Anda semua di ruangan ini berpikir bahwa ribuan rakyat Aceh meninggal, dan ribuan rumah hancur, ini bukan bencana biasa," kata JK.

"Saya tidak mau dengar kata tidak bisa karena alasan prosedur. Itu kalau situasinya normal. Sekali lagi saya ingatkan, bagi yang tidak bisa ikut dengan ukuran ini, silakan mengundurkan diri," ujar dia.

Artikel sudah tayang di Serambinews.com dengan judul "Kisah JK saat Pimpin Rapat Penanganan Tsunami Aceh".

https://nasional.kompas.com/read/2021/12/27/11330961/kesal-birokrasi-lambat-atasi-tsunami-aceh-jusuf-kalla-ambil-pistol-tembak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke