Adapun, aksi membentangkan poster itu dilakukan Suroto saat mobil Presiden Jokowi akan meninggalkan lokasi vaksinasi di Kota Blitar. Ia membentangkan poster persis ketika mobil yang dikendarai Jokowi melintas pelan di Jalan Moh Hatta.
Saat itu jendela pintu belakang mobil terbuka dan Jokowi sedang melambaikan tangan ke arah warga.
Poster yang dibentangkan Suroto bertuliskan, "Pak Jokowi, Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar."
"Ini yang saya sebut paradoks demokrasi kita, satu sisi seakan-akan diperbolehkan, tapi setelah mengkritik, berekspresi, me-mention nama Pak Presiden tidak ada jaminan apa pun tidak berhubungan dengan kepolisian," ujar Adi dalam diskusi bertajuk "Cerita Suroto Ketemu Jokowi" di YouTube Medcom.id, Minggu (19/9/2021).
Adi mengatakan, paradoks demokrasi yang dimaksud yakni memiliki dua sisi.
Satu sisi di depan berwajah manis seperti halnya pernyataan Presiden yang terbuka dengan kritik yang dikuatkan dengan Undang-Undang 45 tentang kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi
"Tapi, di panggung belakang kan kita tidak bisa menutup mata, banyak orang yang kemudian berkaitan dengan persoalan-persoalan hukum ketika menyangkut persoalan dengan Jokowi," ucap dia.
Adi pun mencontohkan kasus lain, misalnya mural di Tangerang yang gambarnya mirip Presiden Jokowi dan pembuatnya langsung dicari oleh polisi.
Selain itu, ada juga mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya di Solo dan langsung ditangkap oleh pihak kepolisian.
"Sekalipun itu dilepaskan tetapi tindakan represif itu ada," ucap Adi.
Kendati demikian, menurut dia, langkah Jokowi memanggil Suroto ke Istana merupakan langkah positif untuk menutupi wacana bahwa presiden antikritik.
Namun, kesan antikritik, kata Adi, juga tidak bisa dihilangkan. Sebab, publik masih menyimpan berbagai luka-luka demokrasi yang belum selesai.
"Ini kan yang dipanggil cuma Pak Suroto, yang lainnya bagaimana? Kalau mau serius kan orang yang mengkritik dipanggil saja, bikin forum tukang kritik presiden, itu jauh lebih mantap," ucap dia.
"Sehingga, apa yang terjadi hari ini, pemanggilan Pak Suroto hanya menutupi kritik yang datang ke Presiden dan Istana termasuk juga kritik ke kepolisian," tutur Adi.
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/19/12413221/pemanggilan-suroto-ke-istana-dinilai-paradoks-demokrasi-hanya-manis-di-depan