JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia kehilangan sosok Bapak Arkeologi, Profesor Mundardjito, pada Jumat (2/7/2021).
Mundardjito meninggal dunia di rumah sakit Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pukul 12.40 WIB, karena infeksi paru-paru.
Kompas.com telah mengonfirmasi kabar duka ini kepada Guru Besar Arkeologi UI Agus Aris Munandar dan Dosen Arkeologi UI Ali Akbar.
Mundardjito lahir di Kota Bogor, 8 Oktober 1936.
Semasa hidup Mundardjito pernah mendapatkan sejumlah penghargaan, di antaranya Satyalancana 30 tahun dari Presiden RI Soeharto pada 1994, gelar bangsawan Kanjeng Raden Haryo dari Paku Buwono XIII di Keraton Solo pada 2010, hingga penghargaan Satyalacana Kebudayaan pada 2013.
Salah satu karyanya juga dituliskan ke dalam buku berjudul Pertimbangan Ekologis: Penempatan Situs Masa- Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta” tahun 2002.
Meninggalkan dunia musik
Mundardjito menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk kemajuan dunia arkeologi.
Saat usianya 20 tahun, Mundardjito masuk ke Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.
Untuk membiayai kuliahnya ketika itu, Mundardjito melakukan kerja sambilan sebagai pemain band.
Saat mengikuti ujian sarjana muda tahun 1961, Dekan Fakultas Sastra yang menjadi Ketua Tim Penguji bertanya kepada Mundardjito, apakah ia ingin menjadi pemain musik atau sarjana.
Mundardjito pun memilih untuk meninggalkan musik dan belajar agar menjadi sarjana.
”Saya ditanya, apakah mau jadi pemain musik atau jadi sarjana? Saya betul-betul kaget dengan pertanyaan itu. Sejak saat itulah saya meninggalkan musik dan serius belajar untuk jadi sarjana,” ujar Mundardjito, dikutip dari artike Kompas.com, 11 Januari 2009.
Setelah gelar sarjana ia raih pada 1963, Mundardjito diangkat sebagai asisten dosen di Jurusan Arkeologi UI.
Kemudian, pada 1969 ia mendapat beasiswa dari Pemerintah Yunani untuk belajar metodologi arkeologi di University of Athens.
Sepulangnya dari Yunani, ia terinspirasi membuat mata kuliah dan cabang ilmu baru.
”Saat itu di UI belum ada mata kuliah metodologi arkeologi. Baru setelah saya pulang dari Yunani tahun 1971 saya langsung membuat mata kuliah itu,” tuturnya.
Mundardjito menjadi dosen tetap Universitas Indonesia sejak 1964 hingga 2001. Pada 1995 ia diangkat sebagai Guru Besar Arkeologi UI.
Selama menjadi pengajar, Mundardjito dikenal sebagai sosok yang sangat inspiratif, tekun, teliti, serta sangat mempedulikan pelestarian bidang arkeologi.
“Figur yang sangat inspiratif, tekun, tertib, teliti, dan peduli pelestarian arkeologi khususnya dan budaya pada umumnya. Saya yakin banyak muridnya ingin meneladani dan melanjutkan langkahnya,” ujar Dosen Arkeologi UI Ali Akbar.
https://nasional.kompas.com/read/2021/07/02/20233211/mengenang-mundardjito-bapak-arkeologi-indonesia