Salin Artikel

Harmoni di Tangan Sapiens Modern

BERKAT revolusi kognitif atau kemunculan cara-cara baru dalam berpikir dan berkomunikasi antara 70.000 dan 30.000 tahun silam, Sapiens mengalami lompatan evolusi yang amat penting hingga hari ini.

Meskipun Sapiens bukan makhluk pertama yang memiliki sistem komunikasi vokal, tetapi Sapiens mampu tidak hanya melafalkan kode vokal tertentu, tetapi mampu mengolah informasi dari vokal, (Sapiens, Yuval Noah Hariri, 2019).

Pada masa revolusi ini munculah pertama kali mitos, legenda, dan agama, sebab alih-alih hanya mampu mengucap "Hati-hati! Singa", Sapiens mampu berkata "Singa adalah pelindung suku kita".

Sapiens modern hari ini juga nyatanya tak kalah primitif dengan leluhurnya dari puluhan ribu tahun lalu itu.

Sebab, muskil meyakinkan seekor monyet melepaskan pisang di tangannya dengan menjanjikan satu truk pisang di surga setelah ia mati, namun hal serupa terbukti bisa terjadi pada Sapiens modern.

Seperti di New York 2001, Bali 2002, JW Marriot 2009, hingga yang masih jelas di ingatan kita bom di Surabaya 2018. Sapiens modern bisa diiming-imingi "surga" untuk membuat "neraka" di dunia.

Kemampuan Sapiens membuat narasi "Singa adalah pelindung suku kita" juga masih terwujud hingga hari ini dalam rupa berita bohong dan narasi-narasi intoleransi yang bertujuan meruntuhkan harmoni dan keberagaman dalam tatanan demokrasi Indonesia.

Melalui buku How Democracies Die (2018), Steven Levitsky menunjukkan bahwa pembiaran atas pembajakan demokrasi melalui narasi-narasi minor yang disampaikan terus menerus dapat meruntuhkan harmoni dan keberagaman bahkan demokrasi.

Pembajakan demokrasi itu di antaranya dapat ditepis dengan kebudayaan, namun bukan sekadar kebudayaan yang bicara seni, festival, tari dan lagu daerah, tetapi kebudayaan utuh yang mencakup cipta, rasa, dan karsa.

Upaya pada bidang ekonomi, perlu memperhatikan nilai-nilai penting yang menjadi tujuan bersama, seperti kesejahteraan, kemakmuran, pemerataan, dan keadilan bagi seluruh anak bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan.

Dalam aspek sosial, road map ekonomi harus dijalankan dengan strategi budaya yang memperhatikan kohesifitas sosial dengan mengupayakan penanganan konflik sosial yang terjadi akibat ekonomi baik dengan cara prevention dan resolution.

Namun upaya-upaya menjaga harmoni dan keberagaman dalam agama, ekonomi, budaya, sosial dan kemasyarakatan dalam situasi normal cukup berat dijalankan, apalagi dalam dunia yang amat lain akibat Revolusi Industri Keempat yang disebut-sebut oleh pendiri World Economic Forum, Klaus Schwab, mampu mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan berhubungan.

Tawaran Revolusi Industri Keempat hanyalah dua: kolaboratif atau distruptif. Dalam buku Distruption (2017), Rhenald Kasali menunjukkan betapa tak siapnya raksasa-raksasa ekonomi dalam menghadapi perubahan.

Akibatnya amat telak, misalnya perusahaan transportasi raksasa Blue Bird yang memiliki ribuan armada, dipukul mundur oleh perusahaan rintisan Gojek yang tak memiliki satupun armada.

Demikian juga jaringan hotel Airbnb yang berada di seluruh dunia tanpa memiliki satupun kamar.

Untuk itu, kunci dari upaya menjaga harmoni dan keberagaman ini ada pada pemimpin dan anggota masyarakat.

Hal itu seperti ditulis Elizabeth Long Lingo dalam Harvard Business Review edisi Juli–Agustus 2020, "Pemimpin harus terus beradaptasi dengan perubahan dalam sistem organisasi dan sosial. Sebab, strategi yang berhasil hari ini mungkin akan gagal besok".

Menurut Elizabeth, ada tiga fokus kepemimpinan baru: situasional, relasional, dan dinamis. Sejauh mana pemimpin menarik ketiganya menentukan seberapa efektif mereka menyelesaikan persoalan.

Kekuatan situasional berarti sikap kepemimpinan tidak hanya mengandalkan gelar, keterampilan, pengalaman, dan reputasi pribadi, tetapi juga memperhatikan faktor situasional seperti lingkungan dan basis kekuatan eksternal.

Kekuatan relasional berkaitan dengan hubungan koalisi yang dibentuk menjadi sumber utama dukungan, nasihat, informasi, dan sumber daya.

Hal-hal eksternal yang diabaikan dapat menjadi titik resistensi yang potensial.

Kekuatan yang dinamis berarti para pemimpin harus terus beradaptasi dengan perubahan dalam sistem organisasi dan sosial.

Harmoni dan keberagaman bukan sekadar taken for granted, setiap pribadi mesti memiliki kesadaran bahwa harmoni dan keberagaman merupakan hal berharga yang perlu dijaga dengan kemampuan membaca tanda-tanda zaman dan membadankannya melalui profesionalitas yang berkeadilan dan setara.

Yohanes Bara Wahyu Riyadi
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta

https://nasional.kompas.com/read/2021/06/10/09152211/harmoni-di-tangan-sapiens-modern

Terkini Lainnya

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Khofifah-Emil Dardak Datangi Rumah Airlangga, Klaim Sudah Didukung Golkar Maju Pilkada Jatim

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Dilarang Bentangkan Spanduk dan Bendera di Arab Saudi

Nasional
Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Imigrasi Tangkap DPO Penyelundupan Manusia, Kerjasama dengan Istri Pelaku

Nasional
Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Canangkan Gerakan Literasi Desa, Wapres Ingin SDM Indonesia Unggul

Nasional
DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

DPR Sentil Kemendikbud yang Bilang Pendidikan Tinggi Tidak Wajib: Orang Miskin Dilarang Kuliah? Prihatin

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke