Hal ini berdasarkan kepada studi yang dilakukan beberapa peneliti dari badan kesehatan dunia (WHO).
"WHO berdasarkan berbagai studi yang dilakukan beberapa peneliti menyatakan bahwa beberapa varian memiliki besaran pengaruh yang sedikit sampai sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu," ujar Wiku dalam keterangan pers secara virtual yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (1/6/2021).
Dia lantas menjelaskan dampak dari masing-masing varian baru kepada setiap vaksin Covid-19 yang saat ini ada.
Pertama, varian B.1.1.7 dari Inggris mempengaruhi efikasi vaksin AstraZeneca.
Kedua, varian B.1.351 mempengaruhi efikasi vaksin Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax.
Ketiga, varian P1 dari Brasil dan Jepang mempengaruhi efikasi vaksin Moderna dan Pfizer.
Keempat, varian B.1.617 mempengaruhi efikasi vaksin Moderna dan Pfizer.
Meski demikian, Wiku menegaskan bahwa pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara dan masih bisa berubah.
"Tergantung hasil studi lanjutan yang dilakukan. Prinsipnya, perubahan efikasi beberapa jenis vaksin terjadi karena seluruh vaksin yang dikembangkan dan digunakan saat ini masih menggunakan virus yang belum bermutasi atau original varian dari Wuhan di mana virus corona pertama kali ditemukan," jelasnya.
Selain itu, perlu diketahui pula bahwa perubahan efikasi vaksin sebagai pengaruh varian baru itu tidak membuat besar efikasi turun di bawah 50 persen.
Sebagaimana diketahui, efikasi sebesar 50 persen merupakan ambang batas minimal yang ditoleransi WHO untuk sebuah produk vaksin yang dinilai layak.
"Bahkan beberapa di antaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen. Fakta ini patut menjadi pengetahuan bagi banyak pihak dan diharapkan dapat jadi dasar untuk bersikap siaga dan antisipatif terhadap penularan Covid-19, khususnya kasus importasi dengan sumber daya yang ada. Bukan malah jadikan kita pesimis atau panik," tegas Wiku.
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/01/18315151/penjelasan-satgas-covid-19-soal-pengaruh-varian-baru-virus-corona-terhadap