Menurut Qodari, salah satu skenario yang dapat terjadi adalah kembali majunya Presiden Joko Widodo yang berduet dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk berlaga melawan kotak kosong.
"Skenario satu, Jokowi-Prabowo berpasangan melawan kotak kosong, tentunya ini akan terjadi apabila amandemen masa jabatan presiden bisa 3 periode," kata Qodari dalam sebuah webinar, Sabtu (8/5/2021).
Qodari berpendapat, amendemen Undang-Undang Dasar 1945 untuk membolehkan masa jabatan presiden menjadi tiga periode bukan mustahil untuk dilakukan.
Pasalnya, menurut Qodari, hampir seluruh partai di Senayan sudah menjadi partai pendukung Jokowi, menyisakan Partai Demokrat dan PKS yang berada di luar pemerintahan.
Namun, dua partai tersebut juga tidak memiliki cukup suara untuk menandingi gemuknya koalisi partai pendukung Jokowi.
"Apalagi kalau nanti PKS ikut mendukung, makin kuat lagi nih Jokowi-Prabowo, Demokrat tinggal sendirian," kata dia.
Qodari melanjutkan, skenario kedua yang mungkin terjadi adalah adanya dua calon presiden yang akan berhadapan yakni Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menurut Qodari, kans Prabowo terbuka karena Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo hanya butuh berkoalisi dengan satu partai menengah untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden.
Sedangkan, Anies dinilai memiliki peluang karena namanya selalu muncul dalam tiga besar survei calon presiden serta memiliki popularitas yang tinggi.
"Karena dia Gubernur DKI Jakarta, maka popularitas Anies ini akan bisa dipertahankan secara ajeg, ada Covid tidak ada Covid itu dia akan terus tinggi publikasinya," ujar Qodari.
Adapun skenario ketiga adalah pilpres diikuti oleh tiga calon presiden yakni Prabowo, Anies, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Ketiga nama itu secara konsisten selalu menempati posisi tiga besar dalam survei elektabilitas calon presiden yang digelar sejumlah lembaga survei.
Namun, menurut Qodari, Ganjar memiliki tantangan karena kenaikan elektabilitas Ganjar dinilai lebih banyak dipengaruhi oleh publikasi soal penanganan Covid-19.
"Katakan Covid relatif reda di Indonesia, maka publikasi kepada Ganjar akan menurun," kata dia.
Selain itu, ia menilai PDI-P sebagai partai yang menaungi Ganjar juga belum menunjukkan dukungan kepada Ganjar untuk pilpres mendatang.
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/08/15310551/pengamat-nilai-ada-3-skenario-pilpres-2024