"Menanggapi beberapa pengamat, media yang menyampaikan bahwa kapal selam KRI Nanggala ini kelebihan muatan atau kelebihan personel pengawak, ini sama sekali tidak benar dan berdasar," kata Ali dalam konferensi pers, Selasa (27/4/2021).
Menurut Ali, kapal tersebut sudah biasa mengangkut 50 personel awak kapal ditambah satu regu pasukan khusus beranggotakan tujuh orang personel saat menjalankan tugas penyusupan.
Sementara itu, saat KRI Nanggala-402 tenggelam, hanya ada 53 orang awak yang berada di kapal selam nahas tersebut.
Di samping itu, saat kecelakaan terjadi, KRI Nanggala-402 hanya membawa tiga buah torpedo.
Padahal, kapal selam itu didesain membawa 8 torpedo. Adapun satu buah torpedo beratnya mencapai 2 ton.
"Jadi pernyataan yang menyampaikan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan sama sekali tidak berdasar dan mungkin belum berpengalaman," ujar Ali.
Ia pun menekankan, kapal selam itu sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah menemui masalah.
"Jadi, kalau dinyatakan kelebihan muatan sangat tidak tepat, sangat salah, dan tidak berdasar," kata dia.
Kapal selam buatan Jerman pada 1977 itu hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).
Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian besar-besaran, termasuk dengan mendatangkan bantuan dari luar negeri.
Pada Minggu (25/4/2021), KRI Nanggala-402 dinyatakan berstatus subsunk (tenggalam) di kedalaman 853 meter.
Hingga kini, tim SAR terus berusaha untuk mengangkat bangkai kapal ke permukaan.
Rencananya, 53 jenazah personel KRI Nanggala-402 akan dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur.
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/27/12531721/tni-al-bantah-dugaan-kri-nanggala-402-kelebihan-kapasitas-dan-muatan