Salin Artikel

Siti Nadia Tarmizi, Ratusan Pertanyaan dan Semangat Pantang Menyerah Kartini

Tak hanya berkomunikasi dengan sesama pejabat atau koleganya yang menangani pandemi, Nadia mengaku menjadi sangat sering berkomunikasi dengan para jurnalis.

Saat melakukan sesi wawancara dengan Kompas.com pada 20 April 2021, puluhan pesan singkat berisi pertanyaan awak media diterimanya.

Sambil menjalani wawancara, Nadia sesekali meneliti pesan-pesan yang masuk dengan bantuan layar laptopnya.

"Yah seperti ini. Ditinggal sebentar saja (untuk wawancara) sudah banyak pertanyaan masuk," ujar Nadia sambil memeriksa satu-persatu pesan-pesan tersebut.

Nadia bercerita, dalam satu hari ada rata-rata sekitar 100-200 pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Namun, Nadia mengaku enjoy menjalani perannya saat ini.

Sebab, selama ini dirinya sudah akrab dengan media.

Nadia menuturkan, sebelum pandemi Covid-19 terjadi, dia memang sudah sering diminta berbicara kepada media.

Terutama saat menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes.

"Setiap menjelang akhir tahun hingga tahun baru biasanya kasus demam berdarah (DBD) meningkat. Biasanya saya diminta menjelaskan, kemudian mengisi konferensi pers dan sebagainya," tutur Nadia yang Agustus tahun ini berusia 49 tahun.

"Tetapi memang harus diakui, saat itu tidak sebanyak saat pandemi ini pertanyannya ya," lanjutnya.

Saat ini, selain menjawab ratusan pertanyaan lewat WhatsApp, Nadia juga tampil di televisi sebagai narasumber pada tayangan berita di pagi hari, siang hari, hingga malam hari. Kemudian, dia juga melayani permintaan wawancara untuk radio nasional dan daerah.

Nadia pun masih tampil di webinar-webinar atau talkshow seputar pandemi serta vaksinasi Covid-19.

"Selain itu, saya tentu masih melakukan tugas saya di Kemenkes yakni sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung," tuturnya.

Sebab, ponsel pintar itu membantunya menyelesaikan tugas-tugas di Kemenkes maupun sebagai juru bicara vaksinasi.

Mulai dari berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan selaku atasan, Satgas Penanganan Covid-19, kolega yang sama-sama menangani pandemi Covid-19 baik pusat maupun daerah hingga awak media.

Namun, Nadia menyebutkan bahwa saat ini berkomunikasi dengan media mengambil porsi besar dalam kegiatannya sehari-hari.

Sambil bercanda, Nadia mengatakan bahwa dia kini sudah hafal jam kerja untuk televisi, radio, media online hingga media cetak.

"Biasanya sejak pukul 05.30 WIB saya standby untuk televisi, sampai pukul 06.30 WIB. Setelah itu standby untuk radio pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB," ungkapnya.

"Setelah itu, baru menjawab pertanyaan rekan-rekan media online dan media cetak. Siang, sore hingga malam biasanya standby untuk televisi dan radio lagi," lanjut alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1996 ini.

Nadia kini bahkan menyadari, setiap media memiliki kebutuhan dan karakter berbeda.

Dia mencontohakan, pertanyaan media cetak dan media online harus dijawab tepat waktu karena ada deadline dari redaksi setiap harinya.

Sementara itu, untuk televisi dan radio, ada jam tayang tertentu yang membuatnya harus standby sesuai jadwal.

Membangun karir

Sejak kecil, Nadia telah memiliki cita-cita untuk menjadi dokter.

Dia mengaku terinspirasi dari salah seorang tantenya yang merupakan dokter spesialis anak.

Nadia kagum dengan kerja dokter yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit sekaligus memberikan resep obat untuk membantu penyembuhan.

"Saya pikir hebat sekali dokter. Bisa menyembuhkan penyakit, tahu obatnya apa. Kira-kira bagaimana cara kerjanya ya ?," ujarnya.

"Rasa penasaran itu kemudian mendorong cita-cita saya untuk jadi dokter tidak berubah sejak SD, SMP higga SMA," tuturnya.

Nadia kemudian masuk ke FK UI dan lulus pendidikan dokter pada 1996.

Usai lulus, dia diwajibkan untuk bekerja di fasilitas kesehatan di daerah.

"Saya mengawali di sebuah Puskesmas kecamatan yang berada di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan," kata istri Guru Besar Universitas Indonesia Budi Wiweko ini.

Dari sana, dia mulai akrab dengan persoalan kesehatan masyarakat.

Saat bertugas di kecamatan, dia bertanggungjawab terhadap kesehatan sejumlah desa.

Tak jarang, dia pergi ke desa-desa terpencil untuk memberikan penyuluhan penyakit, menbawa obat-obatan maupun makanan tambahan.

"Selain itu kami harus siaga 24 jam untuk melayani masyarakat yang sakit atau ibu yang akan melahirkan saat malam hari," lanjut ibu lima anak ini.

Karena kebijakan Dinas Kesehatan setempat saat itu, Nadia harus berpindah tiga Puskesmas selama tiga tahun.

Meski demikian, dirinya justru mengaku menemukan passion tersendiri dari pekerjaannya. Nadia menyadari bahwa memberikan edukasi dan berhadapan dengan masyarakat sangat dia sukai.

Bekerja di Puskesmas dan menangani anak-anak, ibu hamil hingga lansia juga memberikan kesan yang mendalam.

Nadia mengenang, orangtua akan sangat bahagia apabila dokter bisa menyembuhkan anak mereka yang sakit panas.

Saat bekerja di Puskesmas itulah dia sempat masuk menjadi nominasi dokter teladan.

Prestasi sebagai nominasi dokter teladan itu akhirnya membantunya lolos CPNS Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Lima tahun saya di Puskesmas, kemudian membantu merangkap di Dinas Kesehatan Kabupaten karena memang saat itu personelnya tidak banyak ya," katanya.

Setelah itu, Nadia pindah ke Jakarta karena mengikuti suami yang menempuh pendidikan di Ibu Kota.

Saat itu pekerjaannya ikut berpindah ke Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes.

Di Kemenkes, selain menangani persoalan kesehatan, tugas-tugas surat menyurat dan administrasi juga dia kerjakan.

Meski jauh dari bidang keilmuannya, Nadia mengaku senang karena mendapat banyak pengetahuan baru.

Nadia mengaku sejak bertugas di Kemenkes itulah dia tidak membuka praktik.

Pertimbangannya selain ingin lebih fokus, saat itu dia memprioritaskan keluarga.

Sebagai seorang tenaga kesehatan, Nadia mengaku tidak menjadi soal jika ada banyak sekali yang bertanya perihal penyakit kepadanya.

"Tugas kita membantu masyarakat dan teman-teman media agar dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami," katanya.

"Yang membuat kuta puas kalau kemudian apa yang kita sampaikan itu bisa dipahami masyarakat lalu bisa mengatasi persoalan kesehatan," tegas Nadia.

Semangat Kartini

Sama halnya dengan perempuan karier lainnya, Nadia juga harus berjibaku membagi waku untuk keluarga dan pekerjaan selama pandemi Covid-19.

Di tengah-tengah kesibukan menjawab berbagai pertanyaan media, Nadia juga selalu memantau kegiatan belajar anak-anaknya.

Bahkan untuk anak bungsunya yang masih duduk di bangku SD, Nadia aktif memantau tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan sehari-hari.

Menurut Nadia, peran perempuan masa kini banyak dimudahkan oleh teknologi.

Pandemi Covid-19 juga membuat perempuan untuk bisa memaksimalkan penggunaan teknologi.

Nadia mengapresiasi perempuan Indonesia yang semakin kreatif di masa pandemi ini.

"Ada yang membuat kerajinan, memasak, dan sebagainya dan dijual secara online. Yang demikian itu ikut membantu menopang ekonomi keluarga," ungkapnya.


"Selain itu, mereka juga mengakses informasi untuk mengedukasi anggota keluarganya agar tidak terpapar Covid-19. Minimal, tidak terjadi klaster di keluarganya," lanjut Nadia.

Dirinya mengakui, peran perempuan di masa pandemi jauh lebih berat.

"Tapi tanpa kita pernah bayangkan, perempuan masa kini justru bisa melakukannya. Dibantu teknologi, semua tugas-tugas perempuan bisa lebih mudah dielesaikan," katanya.

Nadia menuturkan, perempuan Indonesia masa kini sudah bisa menjadi Kartini di era modern.

Dia menyebutkan, semangat keteladanan RA Kartini yang pantang menyerah mengupayakan perubahan kini makin banyak diteladani perempuan Indonesia.

"Ibu Kartini terus berjuang mendorong perubahan. Juga mendorong perempuan-perempuan lain untuk maju," tuturnya.

"Ibu Kartini juga meyakini bahwa meski cita-cintanya menemui halangan, dia tetap yakin perubahan ke arah yang lebih baik akan terjadi," kata Nadia.

Keteladanan seperti itulah yang ingin dia tekankan di masa pandemi ini.

Bahwa perempuan Indonesia harus tetap belajar, bekerja, berkarya dan mengembangkan keterampilannya.

"Mari kita ikut mendorong perubahan ke arah yang lebih baik," tambahnya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/04/26/22384091/siti-nadia-tarmizi-ratusan-pertanyaan-dan-semangat-pantang-menyerah-kartini

Terkini Lainnya

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke