Menurut Airlangga, informasi itu tak sepenuhnya benar.
"Berita itu tidak sepenuhnya benar. Karena kita belum diputuskan," ujar Airlangga dalam talk show daring yang ditayangkan di kanal YouTube resmi BNPB, Selasa (27/10/2020).
Dia menjelaskan, vaksin AstraZeneca menjadi salah satu kandidat vaksin yang risetnya dilakukan di negara lain.
Meski demikian, harga vaksin tersebut disebutnya paling mendekati harga publik.
Kelebihan lainnya adalah AstraZeneca mampu meyakinkan bisa produksi vaksin dalam volume yang besar.
Namun, lanjut Airlangga, ketersediaan vaksin ini belum bisa diadakan dalam waktu dekat.
"Ia baru masuk di kuartal kedua 2021. Karenanya, arahan Pak Presiden terhadap vaksin-vaksin seperti AstraZeneca, Novavax dan lainnya itu tetap dikaji dan tentunya nanti dilihat sesuai dengan kebutuhan yang ada di Indonesia dan juga dilihat kerja samanya ke depan," ungkap dia.
"Bisa tidak vaksin-vaksin ini seperti vaksin Merah Putih yang nanti ke depannya diproduksi di dalam negeri," tambah Airlangga.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah melakukan finalisasi pembelian vaksin untuk Covid-19 dari tiga perusahaan produsen vaksin asal China.
Ketiga perusahaan itu telah sepakat menyediakan vaksin untuk Indonesia pada November mendatang. Ketiga produsen itu, yakni Cansino, G42/Sinopharm dan Sinovac.
Selain ketiganya, pemerintah juga diberitakan menjajaki kerja sama pembelian vaksin dengan AstraZeneca yang saat ini dikembangkan di Eropa.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/15261531/indonesia-batal-beli-vaksin-astrazeneca-ini-penjelasan-airlangga