JAKARTA, KOMPAS.com – Paparan radikalisme dan ajaran terorisme dapat membuat anak keliru memahami agama.
Akibatnya, anak akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan agama.
Hal itu diungkapkan Asisten deputi Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum dan Stigmatisasi (Asdep PABHS) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Hasan.
“Mereka (anak yang terlibat terorisme) melakukan kekerasan atau membunuh orang lain yang tidak sepaham,” ujar Hasan dalam Webinar bertajuk ‘Sosialisasi Pencegahan Anak dari Radikalisme dan Tindakan Terorisme’, Rabu, (8/7/2020).
Disisi lain, Hasan menilai, anak lebih rentan menjadi incaran perekrutan kelompok teroris.
Sebab, pada usia-usia ini, anak dianggap tidak memiliki pemahaman agama yang kuat dan mudah dicuci otak.
“Anak lebih terlihat sikap, perilaku, perangai, akhlak yang tidak baik ketika terpapar (radikalime),” ucap Hasan.
Kemudian, lanjut Hasan, seorang anak yang terpapar paham radikalisme serta terorisme akan bersikap berbeda dengan seusianya.
Mereka, kata Hasan, tidak mau menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.
“Tidak peduli, tidak tenggang rasa pada orang yang bukan pada kelompoknya,” ujar Hasan.
Kemudian, anak yang terpapar paham radikalisme tersebut juga mudah berprasangka buruk dan menganggap orang atau kelompok lain sesat.
Akibatnya, lanjut Hasan, pemahaman agama yang keliru membuat karakter mereka merasa “eksklusif” karena merasa berada di jalur yang benar.
“Mereka sering mengatakan ‘thaghut’ untuk kelompok-kelompok yang berbeda dengan yang mereka,” ucap Hasan.
Catatan Kementerian PPPA, perkara terorisme yang melibatkan anak-anak, baik sebagai pelaku maupun korban, beberapa kali terjadi di Indonesia.
Salah satu contohnya, teror bom di Surabaya tanggal 13-14 Mei 2018. Kasus itu menyebabkan tujuh anak dirawat intensif.
Di antaranya, tiga anak dari pelaku terorisme di Rusun Wonocolo Sidoarjo, tiga anak terduga teroris yang ditangkap di Jalan Sikatan dan satu anak terkait bom di depan Kantor Polrestabes Surabaya.
Ada pula kasus terorisme di Sibolga, Sumatera Utara yang menyebabkan satu orang anak meninggal.
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/08/17221751/kemen-pppa-paparan-radikalisme-bikin-anak-keliru-pahami-agama