SALATIGA, KOMPAS.com - Komunitas Punk seringkali dianggap sebelah mata, berandalan, dan tidak taat norma. Mereka seolah terasing dalam bermasyarakat.
Namun, di Kota Salatiga, komunitas Punk terus bergerak untuk mengubah stigma itu.
Selama Ramadhan tahun ini, secara rutin komunitas tersebut membagikan takjil di beberapa sudut kota, membuka dapur umum, dan membagikan pakaian layak pakai.
Datuk, salah seorang anggota komunitas Punk, mengatakan, kegiatan solidaritas itu berawal dari inisiatif yang tercetus secara spontan saat wabah Covid-19 merajalela di Indonesia.
"Kami kolektifan atau patungan, mulai dari Rp 25.000, ada yang menyumbang sembako atau bahan pangan lain. Kita masak dan bagikan kepada yang lebih membutuhkan daripada kami," ungkap Datuk, di Selasar Kartini, Sabtu (23/5/2020).
Kegiatan mengolah bahan makanan dilakukan di dapur umum yang didirikan di kompleks Terminal Tamansari.
Setiap hari, mereka mampu menyediakan 50 hingga 100 porsi makanan.
"Tapi jika sedang on, seperti minggu kemarin itu, bisa sampai 350 porsi," kata Datuk.
Setelah kegiatan ini berjalan, sumbangan mulai berdatangan.
Sumbangan tidak hanya berasal dari Salatiga, tapi juga dari luar pulau. Termasuk anak Punk yang merantau.
Sementara untuk pakaian layak pakai, mereka mengumpulkan dari mahasiswa dan masyarakat yang peduli.
"Tadi ada yang mampir di Selasar, dia bilang punya pakaian tapi ukurannya sudah tidak muat. Akhirnya disumbangkan melalui kami," ucap Datuk.
Menurut Datuk, gerakan Punk di Salatiga ini merupakan salah satu bentuk protes kepada pemerintah.
Sebabnya banyak bantuan dari pemerintah yang tidak tepat sasaran, padahal rakyat membutuhkan bahan pangan untuk sekadar hidup.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/24/07525891/solidaritas-punk-saat-wabah-covid-19-bagikan-makanan-hingga-pakaian-layak