Salin Artikel

Politisi PDI-P Ingatkan Pemerintah, Hati-hati Pulangkan WNI Terduga Teroris Pelintas Batas

Ia mengatakan, orang-orang yang tergabung sebagai terduga teroris pelintas batas itu dilatih sebagai kombatan atau petempur dari kelompok terorisme seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Tidak hanya mereka sendiri, kata dia, tetapi keluarganya juga turut diboyong dan dilatih untuk menjadi kombatan.

"Tampaknya tidak hanya memperlakukan anak-istri sebagai anggota keluarga, tapi juga sebagai satuan tempur, minimal jadi cadangan atau apanya, nah ini pemerintah harus hati-hati," kata Budiman saat ditemui di kawasan Karet, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2020).

Budiman mengatakan, soal pemulangan WNI terduga teroris pelintas batas itu berbeda dengan WNI yang dipulangkan dari Provinsi Hubei, China akibat wabah virus corona.

Mereka yang menjadi terduga teroris pelintas batas adalah orang-orang yang sudah melanggar Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan.

Sementara itu, mereka yang dipulangkan dari Provinsi Hubei, China adalah WNI yang berkuliah di kota seperti Wuhan.

"Mereka (terduga teroris pelintas batas) sudah langgar UU Kewarganegaraan karena sudah bertempur untuk kekuatan asing. Bisa negara atau tentara yang punya cita-cita dirikan negara," kata dia.

Para terduga teroris pelintas batas itu, kata dia, belum pernah berjuang dan berperang untuk Indonesia tetapi rela berperang untuk pasukan atau negara lain.

Tak heran jika dalam memulangkan mereka pemerintah harus berhati-hati.

"Jadi menurut saya, tidak sederhana. Pemerintah harus tegas, ada UU yang dilanggar di situ," kata dia.

Sebanyak 660 orang WNI diduga sebagai teroris pelintas batas. Mereka rencananya dipulangkan ke Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebutkan, ada dua alternatif terkait WNI tersebut.

"Satu akan dipulangkan, yang kedua tidak akan dipulangkan," ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Dalam opsi pertama, pemerintah berencana memulangkan mereka karena bagian dari WNI.

Rencana tersebut juga sudah disiapkan terkait proses deradikalisasi dan pengaturannya.

Sementara itu, opsi kedua adalah mereka tidak dipulangkan karena mereka telah melanggar hukum.

Alasan mencantumkan opsi tidak dipulangkan karena melihat risiko dan hubungan sesama teroris pelintas batas berbagai negara. Aktivitas mereka di Tanah Air dikhawatirkan akan terkait terorisme.

https://nasional.kompas.com/read/2020/02/07/16005391/politisi-pdi-p-ingatkan-pemerintah-hati-hati-pulangkan-wni-terduga-teroris

Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke