Salin Artikel

Proses Modifikasi Cuaca, Incar Awan Aktif hingga Semai 2,4 Ton Garam

Penyemaian garam ini sudah dilakukan sejak Jumat (3/1/2020) atau dua hari pasca-hujan ekstrem yang mengakibatkan wilayah di Jabodetabek banjir.

Penyemaian garam ini bertujuan untuk menciptakan hujan yang berasal dari awan aktif supaya tidak turun di wilayah Jabodetabek.

Dengan demikian, petugas menargetkan hujan terjadi di sekitar peraian, baik perairan Selat Sunda maupun di Laut Jawa.

Dalam modifikasi cuaca ini, TNI AU menerjunkan dua pesawatnya, yakni CN-295 dan Cassa 212-200.

Pesawat CN-295 mampu mengangkut sekitar 2,4 ton garam dalam setiap penerbangannya, sedangkan pesawat Cassa 212 dapat menampung 800 kg setiap penerbangannya.

Penerbangan dilakukan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, DKI Jakarta.

Saban harinya, dua pesawat tersebut menggelar penyemaian garam sekitar dua hingga empat penerbangan.

Persiapkan garam

Sebelum melakukan penerbangan, petugas terlebih dahulu menyiapkan garam di masing-masing pesawat.

Misalnya persiapan pada pesawat CN-295. Ada sekitar tujuh hingga sembilan petugas yang menangani penyemaian dari pesawat tersebut.

Mereka terlebih dulu memastikan kelengkapan penyemaian, mulai dari pemasangan console atau tabung penampung garam hingga penguncian console yang tersambung pada pengikat di lantai kabin pesawat.

Dalam pesawat CN-295, terdapat delapan console. Masing-masing console memuat sekitar 300 kg garam.

"Console tersebut dibuat oleh BPPT, namun tetap bekerja sama dengan TNI AU supaya bisa diangkut dari pesawat dan disebarkan," kata Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma TNI Fajar Adrianto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Setelah persiapan console selesai, petugas kemudian berangkat dengan membawa anggota BPPT hingga BMKG.

Petugas dari kedua lembaga ini bertugas untuk mencari jejak awan aktif yang akan mendapat gelontoran garam dari pesawat tersebut.

Tabur di ketinggian 12.000 kaki

Dalam proses pencarian awan aktif, petugas tidak hanya mendeteksi awan aktif di sekitar Jabodetabek, tetapi sampai perairan Laut Jawa hingga Selat Sunda.

Apabila petugas menemukan awan aktif yang ditargetkan, pesawat kemudian melakukan perhitungan mendalam untuk memasuki awan aktif tersebut.

Setelah itu, petugas langsung melakukan penyemaian garam.

Proses penggelontoran garam ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuka jendela udara yang tersambung ke pipa besar.

Kemudian, petugas memukul lapisan console menggunakan palu berlapis karet. Pemukulan lapisan itu bertujuan untuk mempercepat turunnya garam dari tabung menuju pipa besar.

Setelah garam berada di pipa besar, otomatis garam akan keluar melalui pipa yang melewati bokong pesawat. Garam pun bertaburan ke awan aktif.

"Proses awal penyemaian itu setelah mencapai ketinggian 10.000 - 12.000 kaki," ujar anggota Sathar 14 Depohar 10 Bandung, Peltu Doddy Fabrian Susilo, yang turut bergabung dalam operasi modifikasi cuaca tersebut.

Berbuah hujan

Kompas.com berkesempatan melihat proses modifikasi tersebut pada Kamis (9/1/2020) sore. Awal titik penyemaian garam berada di sekitar pesisir Pandeglang, Banten.

Umumnya, reaksi awan aktif yang tersemai garam tak menentu.

Namun demikian, setelah pengosongan delapan console tersebut, tepatnya ketika pesawat akan kembali ke Halim, petugas sempat mendapati awan berganti hujan.

Air hujan tersebut menempel di kaca jendela pesawat.

"Lama waktunya relatif tergantung cuaca atau awan yang disemai. Kalau awannya sudah pekat atau sudah matang, akan mempercepat turun hujan karena dia kan sudah pekat, sudah padat, tinggal dikasih perangsang, yaitu garam itu," kata Doddy.

"Tapi tadi enggak lama setelah penyemaian itu langsung turun hujan. Tadi kita melakukan penyemaian di daerah sekitar Selat Sunda," terang Doddy.

Intensitas hujan turun 50 persen

Fajar mengungkapkan, modifikasi cuaca yang digelar bersama BPPT telah menurunkan 30 persen hingga 50 persen intensitas hujan di Jabodetabek.

"Berdasarkan statistik, kita bisa mengurangi antara 30 persen sampai 50 persen dari hujan yang seharusnya jatuh di sini (Jabodetabek)," ujar Fajar.

Dalam penerbangan untuk menyemai garam ke awan aktif, pihaknya selalu berkoordinasi dengan BPPT, BNPB, dan BMKG.

Hal itu dilakukan untuk mengetahui titik pencegahan awan aktif sehingga dengan semai garam tersebut, Jabodetabek dapat terhindar hujan.

Fajar mengatakan, dari koordinasi sejauh ini, hujan juga diprediksi akan terjadi di Jabodetabek hingga akhir Januari dengan intensitas cukup tinggi.

Dengan begitu, operasi TMC otomatis akan dilakukan hingga akhir bulan nanti.

"Sehingga, kami tetap beroperasi sambil berkoordinasi terus, sehari bisa dua sampai empat penerbangan (semai garam)," katanya.

Fajar mengatakan, penyemaian garam tersebut dapat mengurangi risiko banjir seperti yang terjadi di Jabodetabek pada awal tahun.

"Alhamdulillah setelah kita beroperasi selama tujuh hari, hingga hari ini, kita bisa merasakan masyarakat di Jabodetabek bahwa hari terakhir ini intensitas hujan sudah berkurang," terang Fajar.

Di sisi lain, pihaknya meminta doa dari masyarakat supaya petugas dapat menyelesaikan tugas dengan baik pada hari berikutnya.

"Kami mohon doa restu dari masyarakat supaya hujan jatuh sebelum Jakarta, di Selat sunda maupun laut utara (Jawa)," ungkap Fajar.

https://nasional.kompas.com/read/2020/01/13/08042821/proses-modifikasi-cuaca-incar-awan-aktif-hingga-semai-24-ton-garam

Terkini Lainnya

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke