Informasi ini disampaikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berdasarkan kajian yang bersumber dari referensi Buku Peta Sumber Gempa 2017 Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Masyarakat diingatkan untuk tak khawatir, tetapi tetap waspada terhadap potensi ini.
Reaksi publik beragam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa megathrust dan gelombang tsunami yang disampaikan BPPT bukan sebuah “prediksi”, melainkan “potensi” yang harus diwaspadai bersama.
Penjelasan itu disampaikan melalui berbagai akun media sosial BMKG.
Namun, masyarakat bisa mempersiapkan diri menghadapi bencana dengan cara mitigasi.
“Yang pasti potensi ada, karena sudah dibuktikan degan catatan sejarah baik gempa besar dan tsunami masa lalu di selatan Jawa. Ini yang tidak boleh kita pungkiri,” kata Daryono saat dihubungi, Senin (22/7/2019) pagi.
Menurut dia, Indonesia memiliki sistem peringatan dini yang dapat membantu masyarakat sekitar pesisir untuk segera mengamankan diri ketika potensi gelombang tsunami muncul.
“Kita punya sistem peringatan dini InaTEWS yang bekerja 24 jam,” sebut dia.
Selain mengandalkan sistem peringatan dini, masyarakat juga bisa menjadikan gempa besar yang terjadi sebagai acuan awal untuk menjauh dari kawasan pesisir pantai.
“Masyarakat bisa lakukan evakuasi mandiri dengan cara menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini untuk menjauh dari pantai,” ujar Daryono.
Terakhir, untuk melancarkan proses mitigasi bencana, jika benar gempa besar dan tsunami terjadi, masyarakat diminta untuk mendukung dalam hal pembangunan tata ruang yang ada.
“Penataan ruang harus dibenahi. Jangan membuat bangunan yang nempel-nempel di pantai, tapi agak menjauh dari pantai,” jelas Daryono.
Ia mengatakan, masih banyak bangunan yang berlokasi dekat dengan garis pantai.’
Oleh karena itu, BMKG akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk siap menghadapi potensi gempa dan tsunami yang bisa terjadi kapan pun.
Informasi viral soal potensi tsunami
Sebelumnya, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami di wilayah Pantai Selatan Jawa dengan ketinggian 20 meter menyebar di media sosial.
Berdasarkan informasi yang beredar, potensi gempa dan tsunami itu berdasarkan kajian yang disampaikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT).
Kompas.com mengonfirmasi hal ini kepada pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko.
Ia mengatakan, kajian soal ini memang disampaikan oleh BPPT dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.
Berdasarkan kajian itu, Widjo Kongko mengungkapkan, wilayah Pantai Selatan (Pansela) Jawa-Bali berpotensi mengalami gempa megathrust dengan magnitudo 8,8.
"(Wilayah) Pansela Jawa-Bali, berpotensi gempa dari zona megathrust lebih dari 8,8 dan menimbulkan tsunami," ujar Widjo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/7/2019).
Menurut dia, mengacu pada besarnya kekuatan gempa yang berpotensi terjadi di pantai selatan Jawa-Bali ini berpotensi memicu gelombang tsunami setinggi 20 meter dengan jarak rendaman sejauh 3-4 kilometer.
https://nasional.kompas.com/read/2019/07/22/09075331/bmkg-kajian-soal-gempa-dan-tsunami-di-selatan-jawa-itu-potensi-bukan