Bahkan, tidak menutup kemungkinan, partai pimpinan Prabowo, Gerindra, punya keinginan yang sama.
"Itu artinya koalisi Prabowo sudah tak lagi menjadi oposisi berbeda dengan 2014 lalu di mana Prabowo mengkonsolidasi partai pengusungnya untuk tetap berada di luar kekuasaan," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/7/2019).
Adi menilai, pembubaran koalisi 02 yang begitu cepat mengindikasikan bahwa Gerindra sudah bosan menjadi oposisi.
Apalagi, pada saat bersamaan, Prabowo tak pernah punya masalah pribadi dengan Jokowi.
"Ini modal politik penting bagi merapatnya Gerindra ke Jokowi," ujar Adi.
Namun demikian, kata Adi, internal Gerindra terbelah suasana hatinya antara ingin merapat ke Jokowi atau tetap menjadi oposisi.
"Fifty fifty kemungkinannya," ujar dia.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto secara resmi membubarkan Koalisi Indonesia Adil dan Makmur yang mendukungnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Keputusan tersebut diambil melalui rapat internal bersama lima sekjen parpol dan sejumlah petinggi partai lainnya di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2019).
"Sebagai sebuah koalisi yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden di dalam Pemilihan Umum Presiden 17 April yang lalu, tugas Koalisi Adil dan Makmur dianggap selesai," ujar Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani saat memberikan keterangan pers di media center pasangan Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2019).
https://nasional.kompas.com/read/2019/07/01/12552541/pengamat-pembubaran-koalisi-02-sinyal-partai-pendukung-prabowo-merapat-ke