Menurut dia, hingga kini belum ada bukti yang menguatkan otoritas Filipina terkait dugaan terlibatnya WNI.
"Sudah dicek, masih terlalu dini. Enggak bisa dibuktikan, dari mana sumbernya?" ujar Suhardi ketika ditemui di Auditorium Lemhanas, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019).
Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Syahar Diantono mengatakan, proses identifikasi pelaku membutuhkan waktu lama mengingat tubuh pelaku yang tidak utuh.
"Kami sudah confirm tadi, jadi masih tetap yang pertama proses pemeriksaan laboratorium forensik di Filipina untuk tes DNA," kata Syahar.
Oleh karena itu, Polri dan pihak terkait juga berkoordinasi dengan otoritas Filipina.
Syahar mengatakan, tim yang berada di Filipina bekerja sama dengan penyidik setempat untuk mendalami kasus, termasuk keterangan para saksi.
"Tim Indonesia yang di sana terus mendalami, bekerja sama, berkoordinasi dengan penyidik yang di sana, untuk mendalami semua informasi dari pemeriksaan saksi," ujar dia.
Perwakilan Indonesia di Filipina, kata Syahar, juga siap membantu jika membutuhkan bukti, seperti sampel DNA nantinya.
Sebelumnya, Mendagri Filipina Eduardo Ano mengatakan, dua pelaku serangan bom bunuh diri di gereja Katolik di Pulau Jolo, Filipina, berasal dari Indonesia.
Pada Jumat (1/2/2019), Ano mengatakan, pihak militer telah memastikan bahwa insiden ledakan dua bom di Gereja Jolo di Provinsi Sulu pada Minggu (27/1/2019), merupakan bom bunuh diri yang dilakukan dua orang.
Insiden bom ganda tersebut telah menewaskan 22 orang dan melukai 100 orang lainnya.
"Yang bertanggung jawab (dalam serangan ini) adalah pembom bunuh diri asal Indonesia," kata Ano, seperti dilansir BBC News Indonesia.
"Tujuan dari pasangan Indonesia ini adalah untuk memberi contoh dan mempengaruhi teroris Filipina untuk melakukan pemboman bunuh diri," tambah dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/02/14/16034501/kepala-bnpt-terlalu-dini-sebut-dua-pengebom-gereja-di-filipina-adalah-wni