Kendati demikian, ia meminta Jokowi waspada karena kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah tak berbanding lurus dengan elektabilitas.
Adi mengatakan, berbagai survei saat ini menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK sekitar 70 persen.
Namun, berbagai survei juga menunjukkan bahwa elektabilitas petahana hanya sekitar 50 persen.
"Itu artinya rakyat kita hati dan pikirannya terbelah. Satu sisi mengakui kinerja Jokowi bagus, tapi di sisi lain belum mau memilih kembali," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/1/2019).
Direktur Eksekutif Parameter Polotik Indonesia ini menilai, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kondisi ini.
Salah satunya, yakni banyak masyarakat yang sudah puas, namun belum benar-benar yakin bahwa Jokowi akan menuntaskan program kerjanya secara baik.
"Kedua, tentu ada isu lain seperti like and dislike, politik identitas, dan isu populisme Islam," kata dia.
Menurut Adi, faktor-faktor tersebut membuat sebagian masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi menjadi swing voters.
Mereka tak lantas mengalihkan dukungannya kepada pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Mereka masih menunggu sampai hari pencoblosan pada 17 April 2019, sambil terus mengamati proses kampanye.
Oleh karena itu, Adi menilai, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf harus lebih gencar mengampanyekan kesuksesan Jokowi ke masyarakat sembari menjawab isu-isu miring yang menyerang pasangan calon nomor urut 01.
Ia menilai, kampanye dengan turun langsung ke bawah menyapa masyarakat akan menjadi cara yang paling efektif untuk meyakinkan pemilih.
"Makanya, di sisa kampanye ini TKN harus masif bekerja. Kalau lihat survei Litbang Kompas awal Januari, kampanye yang paling efektif itu langsung tatap muka ke masyarakat," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/29/06050051/kepuasan-kinerja-jokowi-tak-berbanding-lurus-dengan-elektabilitas-apa