Usulan itu disampaikan ketika para seniman dan budayawan bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
"Indonesia memang memerlukan sebuah rumah di mana para seniman orkestra bisa latihan dan sekaligus konser, pentas. Selama ini kita enggak punya. Oleh sebab itu, saya usulkan kepada Pak Presiden untuk membentuk rumah orkestra. Gedungnya dan orkestranya," ujar Franky, seusai pertemuan.
"Jadi, orkestranya itu alat-alat musik tradisional. Tapi memainkannya musik-musik baru, bukan musik tradisional. Musik-musik yang diciptakan itu khusus untu orkestra," lanjut dia.
Franki mengaku, pernah mencoba mewujudkan rumah orkestra tersebut. Namun ternyata hal itu tidak dapat dikerjakan oleh pelaku seni saja. Harus diwujudkan oleh pemerintah. Sebab, dibutuhkan alokasi anggaran yang tidak sedikit dan mesti berkelanjutan.
"Pemain musiknya ini juga harus digaji, dibayar saat latihan. Jadi kayak pemain musik yang tetap. Enggak bisa konser, main, lalu dibayar. Itu kan mereka harus latihan terus. Mereka itu kerja, sama saja. Tapi dengan sistem kontrak. Bukan kayak pegawai negeri. Kalau orkestra memang begitu. Karena ada proses regenerasi," ujar Franki.
Nantinya, rumah orkestra itulah yang akan menjadi duta kesenian dan kebudayaan Indonesia di dalam negeri atau pun ke luar negeri.
"Outputnya nanti bisa digunakan sebagai acara konser resmi kenegaraan, juga bisa menjadi alat diplomasi budaya kita ke luar, bahkan bisa menjadi promosi musik tradisional kita yang nilai industrinya di dunia 6,5 miliar dollar AS," ujar Franki.
Franki melihat Presiden Jokowi tertarik dengan ide pembentukan rumah orkestra tersebut. Ia pun berharap Presiden Jokow mewujudkannya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/11/23392591/budayawan-usul-supaya-jokowi-bangun-rumah-orkestra-dan-gaji-pemusiknya