Data tersebut dirilis pada Kamis (25/10/2018). Menurut prediksi BNPB, jumlah itu masih akan terus meningkat hingga akhir tahun 2018.
Dampak yang ditimbulkan bencana dilaporkan sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.
"Tren bencana juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya bahaya bencana, seperti gempa, tsunami, erupsi gunung api, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, puting beliung, dan cuaca ekstrem, juga masih tingginya kerentanan dan masih rendahnya kapasitas menyebabkan tingginya risiko bencana," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Kamis (25/10/2018).
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 terhitung paling besar sejak 2007.
Selain menelan korban jiwa dan menimbulkan sejumlah kerusakan, bencana yang terjadi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Misalnya, akibat gempa bumi di Lombok dan Sumbawa, kerusakan dan kerugian mencapai Rp 17,13 triliun. Sementara akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, kerugian dan kerusakan diperkirakan lebih dari Rp 13,82 triliun.
Dilihat dari segi jumlah kejadian bencana, tahun 2018 tak beda jauh dengan jumlah kejadian bencana tahun 2016 yaitu 2.306 kejadian dan 2017 sebanyak 2.392 kejadian. Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar.
Dari seluruh bencana yang terjadi tahun 2018, BNPB mencatat, bencana hidrometeorologi paling dominan. Jumlah kejadian puting beliung 605 kejadian, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunungapi 55, gelombang pasang dan abrasi 33, gempa bumi yang merusak 17, dan tsunami 1 kali.
Menurut Sutopo, statistik bencana tersebut menunjukkan bahwa Indonesia rawan terjadi bencana.
Namun, ia menilai, tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana-bencana besar belum maksimal.
"Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan," ujar Sutopo.
"Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional. Tanpa itu, maka dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa besar kerugian ekonomi yang besar," sambungnya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/25/22572321/bnpb-selama-2018-ada-1999-kejadian-bencana