Salin Artikel

4 Tahun Pemerintahan Jokowi dan Bayang-bayang Masyarakat yang Terpecah

Melihat hal tersebut, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Adi Prayitno menilai ada fenomena dalam masyarakat yang disebut dengan bebal demokrasi. Adi mengatakan, banyak orang yang tidak rasional dan objektif dalam berpolitik.

Sentimen-sentimen negatif dituduhkan kepada pemerintah, bahkan dibumbui dengan berita bohong atau haoks yang cukup ekstrim. Masyarakat yang bebal politik juga cenderung menutup mata dari kebaikan yang telah dicapai pemerintah, serta mengedepankan emosi yang berdasarkan pada rasa tidak suka.

"Jadi, enggak peduli Jokowi bekerja atau tidak, enggak peduli Jokowi ini sudah berbuat banyak selama empat tahun untuk bangsa, yang penting asal bukan Jokowi aja. Menurut saya ini semacam beban politik, masyarakat cenderung tidak rasional," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/10/2018).

Bahkan, publik yang tergolong anti Jokowi hingga saat ini masih berusaha untuk mengungkit kekalahan Prabowo Subianto di Pilpres 2014, dan menarasikan kemenangan Jokowi sebagai suatu kecurangan.

Isu-isu yang cenderung menjurus pada hoaks dan fitnah seperti Jokowi seorang PKI, pro asing, dan anti Islam, terus dimunculkan sekalipun Jokowi telah mengklarifikasi ketidakbenaran isu tersebut.

Meski banyak isu digulirkan dari kubu anti Jokowi, Adi menilai, mantan Gubernur DKI Jakarta itu cenderung cuek. Jokowi menyerahkan segala hoaks dan fitnah kepada penegak hukum.


Pendidikan politik harus diperbaiki

Meskipun saat ini pendidikan sudah semakin maju dan teknologi komunikasi kian terbarukan, ternyata tak membuat masyarakat menjadi semakin sehat dalam berdemokrasi. Mental model politik publik masih belum berkembang, ditandai dengan adanya polarisasi politik yang kuat.

"Mereka boleh kaya, mereka boleh maju, boleh kenal dengan teknologi yang canggih, tapi mental model politiknya, saya dan mereka, we and the others, kan begitu pola polarisasinya," kata Adi.

"Di tengah keberlimpahan informasi dan demokrasi pola pikir kita masih jahiliyah," sambungnya.

Jika hal itu terus dibiarkan, maka akan berbahaya bagi proses demokrasi. Seolah demokrasi berjalan dengan baik, tapi digerogoti secara perlahan dari dalam karena masyarakat terpaut polarisasi.

"Dikhawatirkan ini justru akan menjadi api dalam sekam. Kelihatan demokratis tapi di dalam nilai-nilai demokrasi itu digerogoti secara perlahan," kata Adi.

Oleh karenanya, penting untuk membenahi pendidikan politik dalam masyarakat. Publik perlu diberi wawasan yang lebih luas bahwa politik bukan saja soal suka tidak suka. Berpolitik, kata Adi, harus dengan kerendahan hati, mau mengakui kelompok lain yang berprestasi.

Elite politik dan tokoh agama bertanggungjawab

Untuk memberikan pendidikan politik yang baik, Adi menjelaskan, elite politik memegang peran utama. Elite seharusnya mampu mempertontonkan sikap yang rasional dan objektif, tidak hanya memunculkan narasi negatif tanpa kritik yang membangun.

"Kalau Jokowi memang sedang tidak oke enggak apa-apa dikritik secara proporsional, tidak harus memprovokasi dan fitnah," katanya.

Jika elite politik dalam mengkritik tidak proporsional, maka hal itu akan memperkeruh polarisasi yang ada dalam masyarakat. Ucapan yang dikatakan elite akan ditirukan oleh pendukungnya dari kalangan akar rumput.

Selain itu, saat ini dibutuhkan pula peranan dari tokoh agama dalam menciptakan pendidikan politik yang baik. Sebab, kata Adi, tak jarang tokoh agama justru berceramah dengan materi yang berpotensi menimbulkan kebencian masyarakat.

Ujaran kebencian yang digelontorkan oleh para tokoh agama akan membuat umat menjadi tidak rasional dan tidak proporsional dalam mengkritik. Akibatnya, polarisasi kian menguat.

"Tokoh agama boleh mengkritik, tapi juga harus proporsioanal, tapi jangan menghasut. Sampaikanlah apa adanya, karena mereka ini juga panutan," ujar Adi.

Jokowi bekerja, masyarakat menagih

Di tengah polarisasi yang kuat, menurut Adi, sikap paling bijak yang harus dilakukan oleh Jokowi adalah dengan tetap bekerja. Sementara urusan hoaks dan fitnah, sebaiknya tetap Jokowi serahkan pada pihak kepolisian.

"Jokowi jangan pernah terprovokasi dengan sentimen-sentimen anti dirinya, jangan, hiraukan aja," kata Adi.

Namun, di samping itu, masyarakat juga harus terus menagih janji politik Jokowi. Misalnya, mengenai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 7 persen, atau nilai tukar rupiah terhadap dolar yang dijanjikan akan menguat.

"Itu menjadi persoalan penting yang juga harus dipikirkan oleh Jokowi di 4 tahun pemerintahannya ini," ungkap dia.

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/21/10213951/4-tahun-pemerintahan-jokowi-dan-bayang-bayang-masyarakat-yang-terpecah

Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke