Salin Artikel

Banyak Kepala Daerah Dukung Jokowi Dinilai Tak Signifikan Mendulang Suara

Bahkan, dukungan tersebut turut mengalir dari kepala daerah yang berasal dari partai pendukung pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namun CEO Polmark Indonesia, Eep Saefullah Fatah menilai, dukungan para kepala daerah itu tidak akan terlalu signifikan bagi suara Jokowi-Ma'ruf.

"Kita tak bisa menghitung kekuatan kandidat pilpres dengan dukungan kepala daerah," kata Eep dalam rilis survei dan diskusi Polmark Indonesia di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

"Sepuluh kepala daerah di satu provinsi deklarasi mendukung satu calon, kita tak bisa hitung bahwa peluangnya membesar," tambah dia.

Eep mengatakan, ada banyak faktor yang membuat dukungan kepala daerah tak banyak berdampak untuk pemenangan di Pilpres. Salah satunya, karena seorang kepala daerah tidak mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat di daerahnya.

Ini terjadi karena Pilkada biasanya diikuti lebih dari dua pasangan calon. Bahkan, di banyak daerah, pasangan calon yang bertarung bisa mencapai empat pasangan calon.

Dengan begitu, calon yang memenangi kepala daerah sebenarnya tak mendapat dukungan signifikan dari masyarakat setempat.

"Di satu tempat, ada empat pasang kandidat bertarung di provinsi itu, pemenangnya satu. Yang tiga kalah. Tapi suara yang tiga, kalau digabungkan jauh lebih besar daripada yang menang," kata Eep.

"Ketika yang menang deklarasi, sisa suara yang tidak memilih dia lebih banyak dari yang memilih dia. Itu pun kalau pemilih dia setia. Sementara tak ada jaminan kesetiaan," lanjut Eep.

Wakil Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding yang hadir dalam acara tersebut mengakui analisa Eep itu.

"Bahwa belum tentu kepala daerah yang mendukung di pilpres itu otomatis lalu suaranya itu dapat merepresentasi suara masyarakat se-Kabupaten, belum tentu juga," kata Karding.

Ketua DPP PKB itu mengatakan, sesungguhnya yang lebih menentukan kemenangan pada Pilpres 2019 adalah kekuatan personal setiap paslon capres-cawapres serta strategi yang akan digunakan.

Sementara itu, Wakil ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Eddy Soeparno, menegaskan bahwa pihaknya memang melarang kepala daerah untuk ikut cawe-cawe di Pilpres. Ia menilai, jika kepala daerah memilih mendukung salah satu paslon di Pilpres 2019, maka akan menimbulkan banyak mudaratnya.

Sejak awal, kubu Prabowo-Sandiaga tak mau kepala daerah menjadi bagian dari tim pemenangan karena bisa mengganggu kinerjanya sebagai kepala daerah.

"Pertama, baru terpilih, ya yang mereka lakukan itu harusnya konsolidasi internal dulu supaya bisa fokus mengerjakan tugas-tuga sebagai kepala daerah baru," kata Eddy.

Sekjen PAN itu menilai, kepala daerah yang mendukung salah satu paslon bisa mencederai netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah kepemimpinannya.

"Jadi ASN kalau pimpinannya ke kanan itu pasti dia ikut ke kanan. Untuk itu dalam koalisi kami kepala daearah tak diperkenankan menjadi timses," ujarnya.

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/18/17412991/banyak-kepala-daerah-dukung-jokowi-dinilai-tak-signifikan-mendulang-suara

Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke