Hal itu dikatakannya ketika dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (15/10/2018).
"Mulai hari ini, di gudang-gudang posko, harus sudah kosong. Gudang itu intinya ya enggak boleh lagi ada isinya, mesti digeser ke masyarakat yang membutuhkan," ujar Willem.
Ia mengatakan, setelah 10 hari pasca-bencana, distribusi bantuan bagi korban memang tidak berjalan baik karena keterbatasan akses dan alat angkut.
Kini, seiring mulai terbukanya akses dari dan ke daerah terdampak bencana serta banyaknya bantuan pesawat, tidak boleh ada lagi pendistribusian bantuan yang tersendat.
Meski demikian, ia juga meminta publik memahami situasi di lapangan.
Bantuan di bandara yang baru datang memang tidak dapat langsung didistribusikan karena harus melalui proses verifikasi agar tepat sasaran.
"Misalnya ada bantuan dari Balikpapan. Kalau dari sana datang terus kelihatan di gudang, lalu dibilangnya penuh. Kan susah juga," ujar Willem.
Ada pun bantuan seperti generator listrik, water treatment dan fogging, Willem mengatakan, akan diserahkan ke pemerintah daerah setelah selesainya masa tanggap darurat bencana.
"Diserahkan ke daerah. Dikelola oleh pemerintah daerah. Atau misalnya ada yang diserahkan ke masyarakat desa tertentu. Ya selesai dipakai, dikelola aparat desa," ujar Willem.
.
.
.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/15/18384741/bnpb-sebut-tak-ada-bantuan-untuk-korban-bencana-yang-ditahan-tahan