Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Tentara PETA Diresmikan, Cikal Bakal TNI

PETA memiliki peran penting dalam menjaga kemerdekaan Indonesia dan juga perang kemerdekaan. Ketika Belanda dan Sekutu mencoba datang kembali ke Indonesia, tentara PETA mempunyai peran penting.

PETA merupakan salah satu bagian dari cikal bakal berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Inisiatif orang Indonesia

Berdirinya PETA berawal dari inisiatif orang Indonesia, yang bernama R Gatot Mangkupraja yang merupakan seorang pimpinan nasionalis.

Dalam buku Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi (2007) karya Suhartono W Pranoto, Gatot menuliskan surat kepada Gunseikan di Jawa untuk membentuk tentara. Surat itu ditulis pada September 1943.

Namun, terdapat pendapat lain yang menjelaskan bahwa terbentuknya PETA berasal dari golongan ulama yang menginginkan kelompok untuk mempertahankan Pulau Jawa. Hasilnya, bendera PETA terdapat lambang matahari terbit dan lambang bulan sabit serta bintang.

Pemuda Indonesia kemudian bergabung dalam satuan ini. Markasnya berada di Bogor, Jawa Barat. Peran utama dalam pembentukannya tertuju pada membela Indonesia dari serangan blok Sekutu.

Mereka dilatih dan diajari tentang pendidikan militer oleh tentara Jepang. Sampai pada akhirnya, terbentuk 66 batalion di Jawa, tiga batalion di Bali dan sekitar 20.000 personel di Sumatera untuk mengamankan daerahnya.

Dalam kesatuan PETA juga dikenal dengan sistem kepangkatan. Daidanco sebagai komandan batalion yang berisi pejabat atau pemuka agama dan abdi negara. Cudanco yang berada di bawahnya yang biasanya memimpin sebuah kompi.

Urutan di bawahnya Shodanco yang menjadi pemimpin peleton, Budanco yang bertugas memimpin regu, dan yang paling bawah adalah Giyuhei sebagai prajurit.

Semua anggota PETA mempunyai motivasi yang sama untuk mempertahankan Tanah Air dari kolonialisme barat. Namun, tentara PETA sering berhadapan dengan pekerjaan romusha.

Mereka mengawasi pekerjaan romusha yang notabene dilakukan oleh bangsa Indonesia. Bahkan, ada yang merupakan bagian dari sanak famili.

Pasca-Indonesia Merdeka

Hal yang perlu kita ingat, tak semua tentara PETA pro terhadap Jepang. Hal ini dibuktikan pada pemberontakan PETA di Blitar pada 14 Februari 1945 yang menyebabkan pemimpinnya Soepriyadi tertangkap dan tak diketahui keberadaanya.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, Tentara Kekasisaran Jepang memerintahkan untuk segera membubarkan PETA. Pembubaran PETA terjadi setelah Panglima Tentara ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal Nagano Yuichito mengucapkan perpisahan pada anggota kesatuan PETA.

Walaupun secara organisasi telah bubar, tentara PETA masih membantu dalam perang kemerdekaan ketika Belanda mencoba menduduki Indonesia.

Mantan tentara PETA seperti Soeharto, Soedirman, Ahmad Yani, Basuki Rachmad, dan Sarwo Edhie Wibowo berperan setelah kemerdekaan.

Pada akhirnya, ketika pemerintah membentuk sebuah badan resmi untuk menjaga kedaulatan negara, anggota PETA diajak kembali untuk bergabung.

Harian Kompas edisi 14 Agustus 1970 menulis, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Tentara PETA yang tersebar dikumpulkan kembali untuk bergabung dalam BKR. Tak hanya tentara PETA, BKR juga memanggil bekas tentara Heiho, Kaigun dan Kompeiho.

Dari BKR kemudian menjadi  Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) dan menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

....

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/03/11124251/hari-ini-dalam-sejarah-tentara-peta-diresmikan-cikal-bakal-tni

Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke