Rabu (12/9/2018) malam, usai bertemu Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo mengklaim Kwik Kian Gie bersedia bergabung dengan tim Prabowo-Sandiaga menghadapi Pilpres 2019.
"Ini kan baru katanya. Belum mendengar langsung dari Pak Kwik," ujar Basarah di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (14/9/2018).
"Mudah-mudahan setelah ada pernyataan ini Pak Kwik memberikan klarifikasi apakah benar Pak Kwik lupa pada sejarah? Apakah benar Pak Kwik akan meninggalkan jejak-jejak perjuangannya?" sambung dia.
Bahkan Kwik, kata dia, juga pernah masuk ke dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P.
Kemampuannya di bidang ekonomi membawa Kwik menempati kursi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia pada 26 Oktober 1999 – 23 Agustus 2000 masa Presiden Abdulrahman Wahid.
Selain itu, Kwik juga pernah menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada 9 Agustus 2001 – 20 Oktober 2004, dalam pemerintahan Megawati Soekarnoputeri.
Namun, diakui Basarah, setelah 2005, Kwik dan PDI-P seakan lepas komunikasi secara intens. Kwik dinilai sudah berada di luar sistem organisasi kepartaian.
Namun sebagai kader, tutur Basarah, Kwik harus loyal dan menjaga menjaga isi cita-cita dan tujuan PDIP.
Sementara PDIP sudah mengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Meski begitu, kata dia, PDI-P akan menghormati apapun pilihan Kwik, apakah bergabung di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga.
"Apabila Pak Kwik mengambil keputusan politik untuk menjadi tim ahli ekonomi dari tim pasangan Pak Prabowo-Sandiaga, kami hormati sebagai hak politiknya," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/13/15501461/pdi-p-apa-benar-kwik-kian-gie-lupa-sejarah-tinggalkan-jejak-perjuangannya