Meski nilai tukar rupiah sama-sama tembus Rp 14.800 per dollar Amerika Serikat, namun ia menegaskan bahwa kondisinya jauh berbeda.
"Jangan dibandingkan Rp 14.000 sekarang dengan 20 tahun lalu," kata Darmin usai rapat membahas pelemahan rupiah yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/8/2018).
Darmin menjelaskan, 20 tahun lalu, awalnya rupiah masih berada pada angka Rp 2.800 per dollar AS.
Namun, pada akhir kepemimpinan Soeharto, nilai tukar langsung melonjak ke angka Rp 14.000 per dollar AS sehingga terjadi krisis.
Sementara, pada awal pemerintahan Jokowi pada 2014 lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar memang sudah berada di kisaran Rp 12.000.
Oleh karena itu, dollar yang kini berada di kisaran 14.800 bukan lah sebuah lonjakan yang signifikan.
"Saya heran itu ada artikel di salah satu pers internasional yang membandingkan itu 'tembus angka terendah 1998/1999', eh persoalan tahun 1998 itu enam kali lipat itu," ujar Darmin.
Darmin memastikan, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Berbagai kebijakan yang selama ini diambil tetap akan dipertahankan.
Hanya saja, pemerintah akan melakukan perbaikan di beberapa sektor, salah satunya transaksi berjalan yang kini mengalami defisit.
"Kelemahan kita hanya transaksi berjalan yang defisit 3 persen. Lebih kecil dari 2014, 4,2 persen. Masih lebih kecil dari Brasil, Turki, Argentina," ujarnya.
"Tolong membacanya, membandingkannya yang fair," tambah dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/04/13085911/menko-darmin-heran-pelemahan-rupiah-disamakan-dengan-krisis-1998