Mereka tidak mengenakan kaos berkerah, kemeja putih, batik atau setelan jas, melainkan busana daerah.
Komandan Paspampres Mayjen TNI Suhartono mengatakan, penggunaan busana daerah itu sengaja dilakukan demi menyemarakkan peringatan hari kemerdekaan di Istana Presiden.
Meski demikian, pihaknya tetap mengutamakan keleluasaan dalam bergerak.
Oleh sebab itu, personelnya menggunakan busana adat daerah tertentu yang memungkinkan tetap bergerak leluasa.
"Makanya kalau dibilang repot sih enggak. Kami cari desain pakaian di mana kami tetap bisa bergerak mudah dan tidak mengganggu kinerja. Kalau ada emergency, kami bisa manuver dengan cepat," ujar Suhartono kepada wartawan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta Pusat, Jumat pagi.
Pakaian adat yang dikenakan Paspampres kali ini bukan milik sendiri, melainkan menyewa dari toko busana daerah.
"Ada yang sewa pakaian adat Padang, ada yang Betawi, ada juga yang Papua," ujar Suhartono.
Saat ditanya apakah mengenakan busana adat itu membutuhkan waktu persiapan yang lama, Suhartono membantahnya.
"Enggak. Cuma lima menit. Kan, didandaninya sama orang salonnya," ujar Suhartono berseloroh.
Mantan Komandan Pasukan Detasemen Jalamangkara TNI AL itu pun memastikan bahwa penggunaan pakaian adat saat bertugas sama sekali tidak mengganggu kinerja.
Peringatan hari kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia di Istana Presiden ditandai dengan upacara penaikkan dan penurunan bendera merah putih.
Selain itu, tampil pula sejumlah pertunjukan seni dan budaya dari penjuru Indonesia.
Pihak Istana mengundang lebih dari 9.000 orang dalam peringatan kemerdekaan kali ini.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/17/09532541/gaya-paspampres-berbaju-adat-di-peringatan-hut-ke-73-ri