Klaim kemenangan tersebut berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count beberapa lembaga dalam Pilkada Serentak 2018.
"Eksistensi politik santri memiliki tempat di hati publik. Anggapan yang dimunculkan sebagian pihak tentang meredupnya eksistensi politik santri, terbantahkan dengan sejumlah hasil pilkada ini," kata Arwani melalui keterangan tertulis, Kamis (28/6/2018).
Ia menambahkan, perpaduan antara kelompok santri dan nasioanalis di sejumlah daerah terbukti menjadi perpaduan ideal khas Indonesia yang mencerminkan fakta sosiologis.
Hal itu, kata dia, terlihat dari hasil pilkada Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dimana kandidat yang menang merupakan perpaduan Islam dan nasionalis.
Karena itu, ia meminta semua pihak pada pemilu 2019, sebaiknya menghindarkan diri dari politik kampanye hitam serta mengeksploitasi organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) untuk kepentingan jangka pendek dan pragmatis.
Ia menyatakan, Pilkada 2018 membuktikan upaya-upaya tersebut gagal total.
"Rakyat semakin cerdas untuk memilih kandidat kepala daerah sesuai dengan nurani dan visi misi kandidat," lanjut dia.
Kandidat yang diusung dan didukung PPP unggul di tiga provinsi di Pulau Jawa pada Pilkada 2018.
Di Jawa Barat, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung PPP sementara unggul.
Demikian pula Ganjar Pranowo-Taj Yasin di Jawa Tengah dan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak di Jawa Timur. Keduanya diusung PPP dan untuk sementara masih unggul.
https://nasional.kompas.com/read/2018/06/28/12161971/menang-di-3-pilgub-jawa-ppp-nilai-kekuatan-politik-santri-masih-dominan