"Angka tersebut bagi saya belum menjamin keterpilihan kembali Pak Jokowi," kata Arsul melalui pesan singkat, Senin (23/4/2018).
Bahkan, kata Arsul, meskipun elektabilitas Jokowi mencapai 60 persen, hal itu juga belum menjamin kembali terpilih.
Menurut dia, Jokowi membutuhkan konsistensi elektabilitas dalam tiap survei hingga menjelang hari pencoblosan.
Arsul menyatakan, agar elektabilitas tidak menurun, Jokowi beserta partai koalisi harus memastikan tak ada kebijakan yang mengurangi dukungan masyarakat terhadap pemerintahan.
Selain itu, faktor calon presiden penantang Jokowi juga perlu dipastikan. Jika sudah pasti, maka hal itu akan memudahkan Jokowi untuk memeta kekuatan dan kelemahan lawan.
"Apalagi saat ini belum ada kejelasan apakah Pak Jokowi akan berkontestasi lagi dengan Pak Prabowo atau malah dengan capresnya (yang diutus Prabowo). Selain itu, belum jelas juga siapa pasangan calon yang akan saling berhadapan," lanjut dia.
Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan.
Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.
Dikutip dari Kompas, responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen.
Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.
Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen, turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.
Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden di Rakornas Partai Gerindra, 11 April lalu.
Naiknya elektabilitas Jokowi dan turunnya potensi keterpilihan tokoh-tokoh penantangnya bisa dijelaskan dari dua sisi.
Pertama, naiknya kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Kedua, masih kaburnya kepastian calon penantangnya untuk maju dalam Pemilu 2019.
Survei tatap muka ini dilakukan kepada 1.200 responden secara periodik oleh Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018.
Populasi survei warga Indonesia berusia di atas 17 tahun. Reponden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi Indonesia dan jumlahnya ditentukan secara proporsional.
Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, margin of error plus minus 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/23/12292991/sekjen-ppp-anggap-jokowi-belum-dijamin-menang-pilpres-2019-meski