Salin Artikel

Peta Indonesia "Terbelah" di Jaket Jokowi, Begini Cerita Selengkapnya...

Founder Never Too Lavish Muhammad Haudy mengatakan, ketika Presiden memesan sebuah jaket kepadanya, beberapa hari kemudian ia membeli jaket denim di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.

"Kami beli jaket denim yang sudah jadi. Harganya enggak mahal, ya, cuma Rp 300.000," ujar Haudy saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (10/4/2018).

Ia menolak menyebutkan merek jaket tersebut.

Haudy beserta empat seniman, salah satunya Bernhard Suryaningrat, kemudian mulai menggambar jaket tersebut sesuai dengan keinginan Jokowi.

Jokowi tidak memberikan desain kepada Haudy dan kawan-kawan. Saat memesannya, ia hanya berpesan agar desainnya menggambarkan Indonesia yang sangat beragam budayanya.

Bahan-bahan yang digunakan untuk menggambar jaket terdiri dari cat yang biasanya juga digunakan untuk menggambar mode lainnya.

"Biasanya kami ngerjain gambar jaket itu empat pekan. Tetapi, ini demi Pak Jokowi, ya, kami lemburin semua jadi 10 hari saja. Tahapan-tahapannya ada enam, mulai dari gambar warna dasar, menggambar polanya sampai finishing, dihaluskan," ujarnya.

Makna filosofis

Haudy kemudian merancang sebuah desain jaket sesuai dengan keinginan Jokowi. Tanpa banyak revisi, Jokowi menyetujui desain itu dan Haudy beserta senimannya pun mulai mengerjakannya.

"Pada bagian depan, kami menggambar peta Indonesia menggunakan nuansa merah-putih. Maknanya Indonesia adalah negara besar yang memiliki lebih dari 17.000 pulau," ujar Haudy.

Pada bagian belakang, tersusun kata "Indonesia" melapisi warna dasar merah-putih. Setiap huruf dihias dengan beragam gambar yang menunjukkan keberagaman budaya di Indonesia. Misalnya tari saman, kain sasirangan khas Banjarmasin, wayang kulit, Candi Borobudur, dan budaya di Papua.

"Filosofi konsep ini adalah bendera merah-putih sebagai bendera Indonesia yang bisa menyatukan belasan ribu pulau dan keberagaman budaya yang ada di Indonesia," ujar Haudy.

Peta Indonesia "terbelah"

Seusai Presiden mengenakan jaket itu saat touring dengan chopper di Sukabumi, hari Minggu kemarin, Haudy mengakui, banyak sekali komentar positif atas karya seniman lokal. Namun, ada saja yang berkomentar negatif terhadap desain di jaket tersebut. Salah satunya di media sosial.

Salah satunya desain peta Indonesia di bagian depan jaket. Jika jaket tidak diritsleting, peta Indonesia berwarna merah putih seolah-olah terbelah.

Haudy memiliki penjelasan khusus terhadap desain tersebut.

"Jadi, seniman itu punya norma, punya prinsip-prinsipnya sendiri. Bagi mereka, bobot art kalau pada jaket itu adanya di belakang, bukan depan. Beda dengan kaus yang bobot art-nya lebih banyak di depan dibandingkan dengan belakang. Coba lihat jaket dan kaus produk seluruh dunia, kebanyakan begitu," papar Haudy.

"Kami juga sudah coba peta Indonesia-nya di belakang dan kata Indonesia di depan, itu agak aneh ya. Lagi pula seandainya peta Indonesia ditaruh di belakang, apa ada yang jamin enggak ada yang nyinyirin juga? Enggak kan? Makanya kami lebih memilih yang sesuai prinsip dan norma berlaku saja," lanjut dia.

"Kami puas banget sama hasilnya. Namanya seniman, ya, akan bangga sekali jika dia punya produk itu digunakan Presiden, apalagi kayak kami, , seniman Indonesia yang produknya dipakai Presiden sendiri," katanya.

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/10/14390711/peta-indonesia-terbelah-di-jaket-jokowi-begini-cerita-selengkapnya

Terkini Lainnya

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke