Salin Artikel

Cerita Mahfud MD Hadapi Serangan "Haters" di Media Sosial

Dari tweet yang masuk dari pengikut maupun non pengikutnya, tidak semuanya berkenan di hati.

Mahfud mengatakan, ada sejumlah akun yang menyerang dan menjelek-jelekkan dirinya atas sikapnya itu.

Salah satunya, tweet soal pernyataan Mahfud dalam tayangan langsung di salah satu stasiun TV. Saat itu, Mahfud percaya sepenuhnya pada polisi soal aktivitas Muslim Cyber Army. Setelah itu, di dunia maya, Mahfud mendapat kecaman.

"Akun ini bilang, sekelas Mahfud kok percaya polisi. Dia juga bilang pakai kata 'tolol'," ujar Mahfud dalam diskusi di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Mahfud pun membalas tweet tersebut dengan nada mengancam. Ia membalas, "Besok lusa saya laporkan kamu ke polisi. Ini melanggar 4 pasal dlm KUHP. Siap-siap Kamis. Kalau besok pagi saya masih ada rapat," kicau Mahfud.

Beberapa waktu berselang, kata Mahfud, tweet orang yang menyerang Mahfud sudah hilang. Rupanya, pemilik akun itu sudah menghapusnya. Padahal, kata Mahfud, kicauan balasannya itu hanya menggertak.

"Saya tidak niat mau lapor beneran. Gertak saja. Ngapain. Orang besok lusa saya mau rapat," kata Mahfud.

Setelah Mahfud menelusuri, ternyata pemilik akun itu sudah banyak yang melaporkan ke polisi. Ia kemudian menyebutkan salah satu nomor laporan polisi yang dikeluarkan pada Oktober 2017 di mana pelapor adalah pengacara.

Namun, Mahfud enggan menambah pusing polisi dengan laporan yang sama. Sebab, ia menganggap hal ini kasus kecil. Justru, Mahfud menilai akun tersebut hanya menumpang tenar di akun Twitternya.

"Dia memancing saya marah supaya saya respons. Nanti kan dibaca dua jutaan follower saya. Ingin menebeng saya," kata Mahfud.

Tak jarang Mahfud juga memblokir akun-akun yang men-tweet hal yang tidak baik kepadanya.

"Hari ini saya blokir banyak orang," tutur Mahfud.

Misalnya, kata dia, cukup banyak yang meminta responsnya soal puisi Sukmawati Soekarnoputri. Atas puisi tersebut, banyak masyarakat yang melaporkan Sukmawati ke polisi.

Mahfud merespons dengan datar bahwa ia belum membaca puisi itu. Setelah itu, Mahfud malah diserang karena dianggap membela dan cari aman. Bahkan, sikap itu dikaitkan dengan isu dirinya akan dijadikan calon wakil presiden. Jika mau, bisa saja ia melapor ke polisi.

"Kayaknya polisi memang perlu unit baru buat nanganin yang kecil-kecil beginilah," kata Mahfud.

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/08392671/cerita-mahfud-md-hadapi-serangan-haters-di-media-sosial

Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke