Setidaknya ada tiga faktor yang dinilai menjadi penyebab naiknya elektabilitas partai berlambang beringin tersebut.
"Pertama, orang melihat Golkar menyelesaikan masalah sendiri secara demokratis," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus, saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (24/1/2018).
Sebelum munaslub pada Desember 2017 lalu, Partai Golkar diterpa prahara anjloknya elektabilitas akibat ketua umumnya saat itu, Setya Novanto, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi KTP elektronik.
Dalam berbagai survei saat itu, elektabilitas Partai Golkar disalip Partai Gerindra yang menempati posisi kedua di bawah PDI-P. Publik pun menyorot tajam partai tersebut yang ngotot mempertahankan Setya Novanto sebagai ketua DPR.
Sementara faktor kedua yang dinilai menjadi penyebab elektabilitas Partai Golkar melonjak, menurut Lodewijk, yaitu figur ketua umum saat ini, Airlangga Hartarto.
"Masyarakat melihat figur ketua umum kami, yaitu Bapak Airlangga. Figur beliau bersih, elegan, dan berkualitas. Itu yang menjadi penentu utama," kata Lodewijk.
Sementara, faktor ketiga yaitu program yang diusung oleh kepengurusan baru. Adapun program itu antara lain sembako murah, terciptanya lapangan pekerjaan, dan rumah murah yang terjangkau.
Lodewijk mengklaim bahwa program tersebut disambut baik oleh masyarakat. Hal ini dinilai menjadi faktor penentu naiknya elektabilitas Partai Golkar dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Berdasarkan survei LSI, Partai Golkar diprediksi memperoleh 15,5 persen suara pada Pemilu 2019. Angka ini lebih tinggi dari perolehan suara partai beringin di Pemilu Legislatif 2014 lalu, yakni 14,75 persen.
Sementara itu, partai dengan elektabilitas tertinggi yaitu PDI-P yang memperoleh suara 22,2 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan suara partai berlambang banteng bermoncong putih pada Pemilu Legislatif 2014, yang sebesar 18,95 persen.
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/25/17463691/elektabilitas-naik-golkar-menduga-tiga-faktor-ini-jadi-penyebabnya