BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dan Mahkamah Konstitusi
Salin Artikel

Begini Upaya Negara Pecahan Uni Soviet Menyusun Keping Demokrasi...

Bersama negara-negara sekitarnya, Uni Soviet sempat terlibat dalam perang dingin memperebutkan pengaruh ideologi dan politik global dunia. Lawan terkuat mereka kala itu adalah Amerika Serikat dan sekutunya di Blok Barat.

Nyatanya, perang dingin itu mengakibatkan kekalahan politik dan ekonomi. Pada akhirnya, muncul perpecahan sehingga Uni Soviet resmi bubar pada akhir 1991.

Hampir 30 tahun berselang dari masa kelam itu, seperti apakah kisah masing-masing negara dalam menata dasar konstitusinya?

Vladimir Sivitskiy selaku Kepala Sekretariat Mahkamah Konstitusi Rusia membagikan kisah perjuangan negaranya dalam menata konstitusi di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017),.

Berbicara dalam forum Simposium Internasional Asosiasi Mahkamah Konstitusi dan Institusi Sejenis se-Asia (AACC), Vladimir mengatakan bahwa ideologi komunis warisan Uni Soviet berdampak buruk bagi Rusia, terutama bagi demokrasi dalam hal kebebasan berpendapat masyarakat.

"Menyadari hal itu, Mahkamah Konstitusi Rusia didirikan untuk memastikan supremasi bagi ideologi apapun serta menjamin hak beropini warga tidak terbelenggu," tutur Vladimir.

Menurut dia, konstitusi dasar Rusia secara tegas menyatakan bahwa pemenuhan hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berpendapat adalah sah bagi setiap warga negara. Untuk menggantikan konstitusi tersebut amatlah sulit karena memerlukan suatu konsensus baru.

Di Rusia, tak ada pula ideologi yang secara resmi dideklarasikan oleh negara. Karena itu, tak ada pihak yang dapat memaksakan kehendak moral, religius, atau pandangan politik kepada kelompok lainnya.

"Namun, bukan berarti kami tak memiliki nilai-nilai kolektif masyarakat. Pemersatunya adalah konstitusi dasar tersebut," ungkap Vladimir.

Ia melanjutkan, meski menjamin kebebasan hak warga, pemerintah Rusia melarang keras warganya untuk menghasut atau melontarkan isu terkait suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA) kepada warga lainnya.

"Hal-hal itu merongrong keamanan negara," tegasnya.

Serupa dengan Rusia, negara pecahan Uni Soviet lainnya yaitu Uzbekistan turut kecipratan masalah demokrasi.

Konstitusi Uzbekistan juga telah mengatur kehidupan sosial yang mengakomodasi perbedaan pandangan politik, ideologi, maupun opini.

"Nilai yang kami anut adalah ideologi majemuk sebagai dasar pengembangan masyarakat," ujarnya.

Sebagai dampak dari kebebesan tersebut, imbuh dia, semakin banyak organisasi masyarakat maupun partai politik yang bermunculan.

Mengutip filsuf terkenal Yunani, Plato, Bakhtiyar menyebutkan bahwa toleransi adalah kunci untuk memastikan kebebasan berekspresi masyarakat.

"Kami menghindari sistem otoritarian. Sistem itu amat merampas perbedaan pendapat," tuntas Bakhtiyar.

Sebagai informasi, Simposium Internasional AACC menghadirkan delegasi dari 13 negara anggota AACC serta perwakilan 7 negara sahabat dari Asia, Eropa, dan Afrika.

Adapun penyelenggaraan simposium internasional itu merupakan kegiatan puncak untuk menutup masa kepemimpinan Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia sebagai Presiden AACC 2014-2017 sekaligus memperingati HUT MK ke-14.

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/09/18162921/begini-upaya-negara-pecahan-uni-soviet-menyusun-keping-demokrasi-

Terkini Lainnya

Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke