Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah dan Pondok Pesantren di NTB Rentan Disusupi Pemahaman Radikal

Kompas.com - 13/06/2017, 13:16 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Kepala Polres Lombok Tengah AKBP Kholilur Rochman mengatakan, wilayah Lombok Tengah terdapat 230 pondok pesantren dan ratusan sekolah umum yang rentan disusupi ajaran radikal.

Sebab, beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat menjadi basis kelompok teroris berkedok pondok pesantren, yang pengajar dan santrinya memiliki kegiatan semi militer dan ajaran radikal.

"Saya katakan bahwa ada potensi kelompok- kelompok radikal dan intoleransi juga ada di wilayah kita," ujar Kholilur saat ditemui di SMA Negeri 1 Praya, Lombok Tengah, Selasa (13/6/2017).

Polres Lombok Tengah memiliki sejumlah kegiatan untuk menangkal ajaran tersebut masuk ke lingkungan sekolah. Salah satunya dengan memberi materi soal radikalisme dan terorisme.

Anggota pembinaan masyarakat di Polres dan Bhabinkamtibmas diturunkan untuk menjadi pembicara di sekolah-sekolah dan pondok pesantren.

"Pada intinya yang kami tekankan selain kamtibmas mengenai kegiatan intoleransi yang saat ini berkembang," kata Kholilur.

Kholilur mengatakan, tak hanya anak muda yang rentan menjadi sasaran kelompok teroris untuk merekrut anggota. Orang dewasa juga berpotensi disusupi pikirannya agar menganut ideologi radikal.

Oleh karena itu, setiap pekan Binmas Polres Lombok Tengah turun ke desa untuk berdialog dengan warga. Sementara Bhabinkamtibmas lebih fokus masuk ke sekolah dan pesantren.

Salah satu pemberi materi kontra radikal di SMAN 1 Praya yakni Aiptu Amiruddin, anggota Binmas Polres Lombok Tengah.

Di hadapan para siswa, ia menyebut teroris tengah aktif mencari bibit-bibit yang mudah dipengaruhi. Jangan sampai para siswa menganut ilmu agama yang membawa ke ajaran sesat.

Oleh karena itu, Amiruddin menekankan pentingnya keterbukaan siswa jika menemukan hal yang ganjil.

"Para ulama dan polisi diberikan informasi supaya menangkal ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Islam ajarkan rahmatan lil alamin, tidak ajarkan kekerasan," kata Amiruddin.

Amiruddin meminta para siswa untuk terbuka jika menghadapi masalah. Jika terus dipendam, maka muncul kekecewaan, rasa marah, dan bisa dengan mudah dipengaruhi "bisikan" yang menyimpang.

Tak hanya itu, para siswa diminta berguru agama Islam pada orang yang betul-betul memahami ilmu agama. Jika salah, bisa-bisa paham radikal yang masuk ke dalam diri siswa tersebut.

"Pemahaman islam harus diperkuat, harus banyak belajar, jangan sampai tersesat. Kalau kurang paham agama, diskusi," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com