Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembahasan RUU Pemilu Buntu, 5 Isu Harus Berujung Lobi

Kompas.com - 29/03/2017, 12:53 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lima isu krusial dalam Rancangan Undang-Undang Pemilu (RUU) dinilai sudah deadlock atau mencapai kebuntuan. Sehingga, pembicaraan harus dilanjutkan melalui lobi.

Lima isu tersebut adalah soal sistem pemilu, jumlah kursi anggota Dewan, ambang batas parlemen, ambang batas pencalonan presiden, dan metode konversi suara ke kursi.

"Semuanya telah pada titik yang tidak bisa dilangkahi. Pembicaraan sudah sampai sini," kata Anggota Pansus RUU Pemilu, Taufiqulhadi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (29/3/2017).

"Lobi harus dilakukan dan itu cara yang baik," sambungnya.

Misalnya, terkait isu sistem pemilu. Hingga saat ini, hanya Fraksi PDI Perjuangan dan Golkar yang menginginkan sistem proporsional tertutup.

Sedangkan delapan partai lainnya memilih sistem proporsional terbuka.

Menurut dia, posisi PDI-P sudah jelas menginginkan sistem tertutup. Sedangkan Golkar masih memungkinkan untuk diajak berbicara.

Taufiq menuturkan, Golkar tidak terlalu mempermasalahkan persoalan sistem terbuka atau tertutup.

Sehingga, lobi adalah langkah yang harus ditempuh untuk membahasnya.

"Kami tidak bisa lagi beranjak lebih daripada itu lalu meminta PDI-P berubah," kata Politisi Partai Nasdem itu.

Hal lainnya berkaitan dengan ambang batas parlemen. Taufiq menurutkan, banyak fraksi yang berpendapat bahwa ambang batas parlemen tak boleh tetap di angka 3,5 persen.

Sedangkan Nasdem, tetap mengusulkan 7 persen. Nasdem menilai, hal itu demi keseimbangan pemerintahan.

Sebab, jumlah partai yang terlalu banyak di parlemen akan menimbulkan kegaduhan dan berpotensi saling menyandera.

"Ambang batas parlemen, enggak bisa gerak lagi. Cenderung sudah mati. Maksudnya, PPP anggap 3,5. Dia tidak mengajukan perubahan. Nasdem mengajukan 7, partai lain bermain di 5 dan 6, mayoritas. Itu harus dibicarakan lewat lobi," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com