Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Didesak Sampaikan Hasil Rekomendasi Simposium 1965 secara Resmi

Kompas.com - 21/09/2016, 14:17 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta mengumumkan hasil rekomendasi Simposium Membedah Tragedi 1965 ke publik. Ini dilakukan agar rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin.

Pegiat HAM yang mewakili International People's Tribunal (IPT) 1965 Harry Wibowo mengatakan, simposium yang diinisiasi pemerintah patut diapresiasi. Pasalnya, inisiasi simposisium itu merupakan respon positif pemerintah menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di tahun 1965 dan 1966.

"Upaya pemerintah mengadakan simposium yang mengikutsertakan korban dan penyintas pembantaian massal 1965/1966 perlu diapresiasi," ujar Harry ketika konferensi pers di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rabu (21/9/2016).

(Baca: Simposium 1965 dan Anti-PKI, Jalan Berliku Menuju Rekonsiliasi)

Sayangnya, kata Harry, hasil rekomendasi simposium tersebut tak kunjung disampaikan pemerintah secara resmi kepada masyarakat. Padahal, hasil rekomendasi simposium tersebut dapat menjadi langkah nyata penuntasan kasus peristiwa 1965.

"Hasil yang tadinya diharapkan bisa disampaikan internal pemerintah lama sekali tidak terdengar kabarnya," kata Harry.

Atas dasar itu, Harry mendesak pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan mengumumkan secara resmi hasil rekomendasi simposium tersebut.

(Baca: Pemerintah Pelajari Hasil Rekomendasi dari Tim Perumus Simposium Nasional 1965)

Jika rekomendasi tersebut tak kunjung disampaikan, tambah Harry, pihak IPT65 dan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 berencana menggugat pemerintah melalui Komisi Informasi Pusat (KIP).

"Menkopolhukam harus mengumumkan hasil simposium karena publik berhak untuk tahu. Jika tidak ada niat, maka satu proses hukum kita lakukan dengan menuntut ke KIP," kata Harry.

Kompas TV Kuburan Massal Korban 1965 Ada di Semarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com